Japan Culture

SUKU AINU

23.52.00

Suku Ainu

Dalam bahasa Ainu atau Etnonim mereka yang paling terkenal berasal dari kata aynu, yang berarti "manusia" (dibedakan dengan kamuy, makhluk ilahi) dalam dialek Hokkaidō dari bahasa Ainu; Emishi, Ezo atau Yezo (蝦夷) adalah istilah-istilah bahasa Jepang, yang diyakini berasal dari bentuk leluhur kata Ainu Sakhalin modern enciw atau enju, yang juga berarti "manusia". Istilah Utari (artinya "kamerad" dalam bahasa Ainu) kini lebih disukai oleh sejumlah anggota kelompok minoritas ini.

Suku Ainu adalah orang-orang dengan latar belakang budaya dan ras yang berbeda dengan etnis Jepang. Mereka telah menghuni Hokkaido, Tohoku utara, kepulauan Kurile dan Sakhalin.

Saat ini lebih dari 150 ribu jiwa suku Ainu, dengan sebagian kecil populasinya berada di Hokkaido. Angka inipun tidak tepat betul, karena banyak orang yang menyembunyikan suku Ainu mereka demi menyembunyikan rasisme. Seringkali orang Ainu yang masih hidup pun tidak menyadari garis keturunan mereka, karena orang tua dan kakek-nenek mereka merahasiakannya untuk melindungi anak-anak mereka dari masalah sosial.

Sejarah Singkat Suku Ainu

Salah satu teori mengatakan, suku Ainu adalah keturunan migran Mongoloid yang memasuki pulau Jepang sebelum masa Jomon. Mereka mungkin mengungsi dan berasimilasi, ketika etnis Jepang mulai memperluas wilayah mereka. Penelitian DNA mutakhir mengatakan bahwa mereka adalah keturunan dari suku Jomon kuno di Jepang. "Suku Ainu yang tinggal di tempat ini seratus ribu tahun sebelum Anak-anak Matahari datang" dikisahkan dalam salah satu dari Yukar Upopo (legenda Ainu) mereka.

Budaya Ainu berasal dari sekitar 1200 M dan penelitian mutakhir berpendapat bahwa hal ini berasal dalam penggabungan budaya Okhotsk dan Satsumon. Dahulunya, suku Ainu adalah petarung yang tangguh. Namun, kala Jepang mulai memperluas wilayah ke arah utara dan mengambil alih tanah mereka, suku Ainu kerap menyerah tanpa perlawanan. Pada tahun 1457, 1669, dan 1789 memang sempat terjadi perang, namun selalu berakhir dengan pihak selalu suku Ainu yang kalah.

Kebijiakan Jepang untuk mereformasi suku Ainu pun meluas pada periode Meiji (1862-1912). Kala itu suku Ainu memperoleh status sebagi “mantan penduduk asli”. Tak hanya itu, Jepang juga melarang bahasa Ainu, membatasi lahan suku Ainu, serta mempekerjakan sejumlah orang dari suku Ainu sebagai budak industri perikanan Jepang.

Baru pada tahun 1997, sebuah undang-undang mengenai penyediaan dana untuk penilitian dan kebudayaan suku Ainu disahkan. Dan suku Ainu pun bisa bernafas lega.

Tampilan Fisik Suku Ainu



Tampilan fisik suku ainu umumnya lebih pendek dari orang Jepang. Tubuh mereka kuat, proporsional, dengan mata coklat gelap, tulang pipi tinggi, hidung pendek dan wajah lebar, rambut lebat dan berombak.

Karena pria suku Ainu tidak mencukur kumis sampai waktu tertentu, maka wajah mereka pun lebat dengan jenggot dan kumis. Sementara rambut pria dan wanita suku Ainu sama-sama dipotong sebahu. Bedanya, para wanita suku Ainu kerap menato mulut, lengan, dan dahi mereka.

Laki-laki Ainu umumnya memiliki rambut yang lebat. Banyak peneliti awal menduga bahwa mereka keturunan Kaukasus, meskipun uji DNA mutakhir tidak menemukan garis keturunan Kaukasus. Uji genetik suku Ainu membuktikan bahwa mereka tergolong terutama kepada grup haplo-Y D.

Satu-satunya tempat di luar Jepang di mana grup haplo-Y D lazim ditemukan adalah Tibet dan Kepulauan Andaman di Samudra Hindia. Dalam sebuah studi oleh Tajima et al. (2004), dua dari 16 sampel (atau 12,5%) laki-laki Ainu ditemukan tergolong dalam grup haplo C3, yaitu grup haplo dengan kromosom Y yang paling umum di antara penduduk-penduduk pribumi di Rusia Timur Jauh dan Mongolia; Hammer et al. (2006) menguji empat sampel lagi dari laki-laki Ainu dan menemukan bahwa salah satunya tergolong ke dalam grup haplo C3. Beberapa penelitia berspekulasi bahwa pembawa grup haplo C3 yang minoritas di antara suku Ainu ini mungkin mencerminkan suatu tingka tertentu dari pengaruh genetik satu arah dari suku Nivkh, yang dengannya suku Ainu telah lama memiliki interaksi budaya. Menurut Tanaka et al. (2004), garis mtDNA mereka umumnya terdiri dari grup haplo Y (21,6%) dan grup haplo M7a (15,7%). Evaluasi kembali belakangan ini tentang ciri-ciri tulang tengkorak mereka menunjukkan bahwa suku Ainu lebih mirip dengan suku Okhotsk daripada dengan suku Jōmon. Hal ini sesuai dengan rujukan kepada budaya Ainu sebagai gabungan dari budaya Okhotsk dan Satsumon yang dirujuk di atas.

Pakaian tradisional suku Ainu adalah jubah pintal dari kulit pohon elm. Jubah dengan panjang hampir mencapai mata kaki ini juga berlengan panjang dan diikat dengan korset dari bahan sama. Pada musim dingin, mereka mengenakan kulit binatang, berupa legging dari kulit rusa atau sepatu bot dari kulit anjing atau salmon.

Banyak pria maupun wanita suku Ainu gemar memakai anting-anting. Bagi suku Ainu, perhiasan bernilai tinggi adalah tamasay, sejenis kalung manik-manik.

Kehidupan Suku Ainu

Rumah suku Ainu terbuat dari buluh jerami. Dengan luas mencapai lebih dari 20 kaki, rumah suku ainu tidak bersekat, dan memiliki perapian di tengah. Ada cerobong asap berupa lubang di sudut atap, ada satu jendela di sisi timur dan ada dua pintu.

Rumah itu hanya punya sedikit mebel. Alih-alih menggunakan kursi atau meja, mereka duduk di lantai beralaskan dua lapis tikar. Saat tidur, mereka menggantung tikar pada dua tiang.

Suku ainu tidak pernah makan daging atau ikan mentah. Meski berburu daging beruang, rubah, serigala, musang, sapi, kuda, ikan, dan unggas, mereka selalu merebus atau memanggangnta dengan sayur, akar dan rempah-rempah sayuran, rempah-rempah dan akar. Saat makan, para pria menggunakan sumpit, dan wanita menggunakan sendok kayu.

Orang Ainu membagi tanah mereka menjadi lahan-lahan cakupan desa atau iwor, tempat mereka memancing ikan salem, berburu beruang, dan mengumpulkan kayu dan buah buni. Makhluk hidup yang menjaga mereka adalah para dewa yang sedang menyamar, ruh yang mengunjungi dunia fana. Kamuy juga muncul sebagai benda mati: pisau berburu dan rumah bambu. Untuk mengembalikan kamuy ke dunia ruh, suku Ainu menyelenggarakan beberapa ritual dengan menyediakan persembahan berupa makanan dan doa. Upacara utama mereka berupa penghormatan terhadap beruang—sang penyedia makanan, bulu, dan tulang untuk perkakas. Mereka menyebut Asahi Dake sebagai Gunung Nutap-kamui-shir yang berarti “gunung dewa yang mengandung wilayah bagian dalam dari belokan sungai.”

Kepercayaan Suku Ainu

Tidak ada literatur rinci tentang suku Ainu, namun ada warisan yang kaya dari kisah-kisah lisan , yang disebut yukar. Suku Ainu percaya bahwa bumi mengambang, dan bahwa “Ainu Mosir”, atau tanah dari manusia (sebagai lawan dari “Kamui Mosir” , tanah para dewa), terletak dipunggung ikan yang gerakannya bisa menyebabkan gempa bumi.

Suku Ainu juga percaya bahwa segala sesuatu di alam mempunyai “Kamui” (roh atau dewa) di dalam. Karena tidak memiliki imam khusus atau kuil untuk upacara, maka kepala desalah yang melakukan upacara keagamaan apa pun yang diperlukan.

Orang-orang Ainu selalu berdoa sebelum makan, dan berdoa kepada dewa api saat mereka jatuh sakit. Mereka percaya roh mereka abadi, juga mempercayai konsep surga dan neraka. Karena mereka percaya konse surga dan neraka berada jauh di kedalaman bumi maka bagi mereka, neraka berada di bawah gunug berapi.

Salah satu contoh upacara yang dilakukan suku ainu adalah Iomante (iyomante). Iomante ini ini adalah suatu upacara yang pelaksaanaannya dengan cara membunuh seekor beruang. Dalam masyarakat Ainu beruang merupakan salah satu dewa. Dewa yang datang ke dunia dari kahyangan dengan cara menjelma menjadi beruang dan merupakan dewa makanan. . Dengan upacara penyembelihan beruang seperti ini maka rohnyalah yang dikirim menuju dunia para dewa. Sehingga upacara ini sebetulnya merupakan upacara mengantar kembalinya roh dewa beruang kepada pangkuan sanak keluarganya di kahyangan.


Secara garis besar upacara ini dibagi menjadi dua, yaitu upacara yang dilaksanakan cara menyembelih beruang yang dipiara sejak kecil atu piaraan dan penyembelihan beruang yang diambil langsung dari hutan.

Istilah lain upacara penyembelihan beruang yang diburunya di hutan ini dinamakan kamuyhopnire (mengantar dewa ke kahyangan). Sehingga dalam masyarakat Ainu perburuan yang bertujuan untuk mengantar roh beruang menuju kahyangan ini tidak dikenal dengan istilah ‘berburu’, tetapi yang dikenal adalah menjemput para dewa untuk diantar ke dunia dewata.

Beruang ditangkap dengan cara menjebaknya di dalam lubang. Dalam perburuan ini beruang yang terjebak lalu ditembak atau dipanah. Pada suatu ketika ada pula beruang yang terjebak tidak hanya satu ekor saja namun juga terjebak bersama-sama, induk dan anak. Pada situasi seperti ini yang ditembak atau yang dibunuh hanyalah induknya, sedangkan anaknya dipelihara dan kemudian hari setelah berumur sekitar dua tahun anak beruang ini akan diantar ke kahyangangan melalui upacara iomante.

5. Kesenian Suku Ainu

Suku ainu tidak mempunyai kesenian yang terlalu ditonjolkan, karena mereka lebih banyak menutup diri dan tidak menonjolkan kesukuannya. Namun, dalam sejarah musik Jepang, terdapat jenis musik tradisional Ainu. Musik Ainu mengacu pada tradisi musik dari orang-orang Ainu Jepang utara.
Genre yang tertua termasuk yukar, (mimikri), yang merupakan bentuk puisi epik, dan upopo.

Musik Ainu membawa resonansi rohani di hampir semua bentuknya, dan memainkan peran penting baik dalam sejarah budaya dan renaisans budaya masyarakat Ainu sendiri. Hampir setiap jenis lagu Ainu dianggap suci, bahkan alat musik dikatakan memiliki jiwa (Ohnuki-Tierney 53). Musik tradisional Ainu dapat dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu lagu sehari-hari dan lagu-lagu epik. Setiap hari lagu-lagu dalam tradisi Ainu dinyanyikan dalam banyak situasi dan secara dadakan. Mereka sering disertai oleh dua instrumen musik Ainu paling umum: tonkori, sebuah sitar dipetik, dan mukkuri yaitu kecapi orang Yahudi yang dimainkan oleh perempuan.

6. Bahasa Suku Ainu

Bahasa Ainu (Ainu: アイヌ イタク, aynu itak; bahasa Jepang: アイヌ語 ainu-go; aksara Sirilik: Айну итак) adalah salah satu bahasa dari rumpun bahasa Ainu yang dituturkan oleh suku Ainu. Dalam bahasa Ainu, ainu atau aynu (アイヌ) berarti orang atau manusia.

Penutur bahasa ini adalah suku Ainu yang tinggal di Hokkaido, Jepang, serta Sakhalin dan Kepulauan Kuril di Russia. Bahasa Ainu tidak memiliki hubungan dengan bahasa Jepang selain dari sejumlah kosakata yang dipinjam dari bahasa Jepang.

Populasi suku Ainu yang sangat sedikit menyebabkan bahasa Ainu dimasukkan ke dalam salah satu bahasa terancam punah. Menurut perkiraan tahun 1996, hanya ada 15 orang penutur fasih bahasa Ainu dari sekitar 15.000 orang suku Ainu. Menurut perkiraan yang lain, penutur asli bahasa Ainu yang terakhir di Kepulauan Kuril sudah meninggal dunia. Di Sakhalin, penutur asli bahasa Ainu diperkirakan sudah punah. Orang yang dapat berbicara bahasa Ainu di Hokkaido hanya ada kurang dari 10 orang, dan mereka pun rata-rata sudah berusia di atas 80 tahun. UNESCO pada tahun 2009 memasukkan bahasa Ainu sebagai bahasa dalam keadaan kritis (critically endangered).

Bahasa ini dulunya diajarkan secara turun temurun melalui tradisi lisan dan tidak memiliki bahasa tulisan. Bahasa Ainu pertama kali ditulis pada abad ke-16 oleh orang Eropa dengan memakai huruf Latin dan aksara Sirilik. Orang Jepang suku Yamato menulis bahasa Ainu dengan aksara kana.

7. Mata Pencaharian Suku Ainu

Warga Ainu biasanya berburu dan bertanam jagung, yang merupakan mata pencarian utama warga suku ini. Mereka sangat mahir berburu beruang yang besarnya dua sampai tiga kali tubuh mereka. Suku Ainu pun sudah lama mengenal dagang, dengan menjual sebagian hasil buruan mereka untuk ditukarkan dengan barang kebutuhan sehari-hari lainnya dari orang-orang Jepang.

Daftar Kepustakaan

http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Ainu (2011-07-26, 19:06)
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Ainu (2011-07-25, 20:28)
http://mulyadi.staff.ugm.ac.id/?cat=1 (2011-07-25, 20:18)
http://nationalgeographic.co.id/featurepage/68/legenda-daisetsuzan/2 (2011-07-25, 20:12)
http://sejarahmusisi.blogspot.com/2011/03/sejarah-musisi-sejarah-musik-ainu.html (2011-07-26, 18:45)
http://yuiworld.wordpress.com/2011/05/11/suku-ainu-ras-bekas-bangsa-jepang/ (2011-07-25, 20:20)
http://www.anneahira.com/suku-ainu.htm (2011-07-25, 20:27)

You Might Also Like

2 komentar

Hii All.. Thanks for visiting my blog.. Please leave your comment and connect each other.. Thankyou ^.^