KANYOUKU ‘IDIOM’ DALAM BUKU CERITA TOROKKO, HANA KARYA AKUTAGAWA RYUNOSUKE
Oleh: Efni Nelasari
Email: efni.nelasari@gmail.com
ABSTRAK
Kanyouku adalah gabungan beberapa kata yang pembentuknya memiliki
hubungan yang erat yang memiliki satu kesatuan sehingga menimbulkan arti baru
atau khusus. Dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang
makna kanyouku yang terdapat dalam
buku cerita Torokko, Hana karya Akutagawa Ryunosuke. Tujuannya yaitu mengetahui
bagaimana klasifikasi kanyouku
tersebut dari jenis kata pembentuknya dan mengetahui jenis maknanya.
Metode
dan teknik penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif. Pertama
adalah metode teknik dan pengumpulan data, dilakukan dengan metode simak, yaitu
teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya berupa teknik sadap,
sedangkan teknik lanjutannya berupa teknik simak bebas libas cakap dan teknik
catat. Kedua adalah metode dan teknik analisis data, yang dilakukan dengan cara
menggunakan metode padan ortografis dan teknik dasar pilah unsur penentu atau
PUP daya pilah ortografis. Terakhir yaitu penyajian data secara formal dan
informal.
Teori
yang digunakan adalah teori Yutaka Miyaji (1982) dan Inoue Muneo (1992). Miyaji
membagi jenis kanyouku berdasarkan
jenis kata pembentuknya. Kemudian Inoue Muneo membagi kanyouku berdasarkan jenis makna. Tahapan analisis dimulai dengan
menganalisis frasa berdasarkan makna leksikal dan makna idiomatikal (kanyouku).
Dari
hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa 46 kanyouku yang telah dianalisis, 38 diantaranya merupakan doushi kanyouku, 2 keiyoushi
kanyouku, dan 6 meishi kanyouku,
yang dihubungkan dengan partikel sepeti ni,
ga, o, dan ada yang tidak menggunakan partikel. Kemudian 16 data yang
menyatakan makna perasaan, emosi, dan indra perasa, 4 data yang menyatakan
makna sifat, watak, perilaku, 15 data yang menyatakan makna perbuatan, aksi,
dan tindakan, dan 11 data yang menyatakan makna keadaan, derajat, atau nilai.
Setelah itu, dari data yang dianalisis peneliti belum menemukan kanyouku yang menyatakan makna
masyarakat atau budaya.
Kata
kunci: kanyouku, idiom, klasifikasi
ABSTRACK
Kanyouku (idioms) is a combination from some words which the
constituent has close relationship and has a unity that forms a new and special
meaning. In this research, the author discuss about kanyouku meaning which include at Torokko, Hana storybook by Akutagawa Ryunosuke. The purpose is to
find about the classification of kanyouku
it self from the type of constituent words and know what type of meaning.
Research methods and technique is qualitave descriptive. First
is the technique methods and data collection, which done by basic and advance
technique. Basic technique is teknik sadap, and then advance technique is
teknik simak bebas libas cakap and teknik catat. Second is data analyzing
technique and methods, which done by using orthographic and equivalent method
and teknik dasar pilah unsur penentu atau PUP daya pilah ortografis. The last
is presentation of data formally and informally.
The theory used is Yutaka Miyaji (1982) and Inoue Muneo
(1992) theory. Miyaji divides, type of kanyouku
based on type of constituent words. Then, Inoue Muneo divides kanyouku based on
meaning type. Analysis stage begins by analyzing phrase based on lechsical
meaning and idiomatical meaning (kanyouku).
From researching result, it’s concluded 46 kanyouku that have been analyzed, 38 of
them are doushi kanyouku, 2 keiyoushi kanyouku, and 6 meishi kanyouku, which connected with
particles, example, ni, ga, o and
there aren’t use particles. Then, 16 datas represents about expression, emotion
and sense of taste meaning, 4 datas represents traits, character and behavior
meaning, 15 datas presents action meaning and 11 datas presents about condition
and value meaning. And then, from the data which being analyzed, author don’t
found any kanyouku which present
about culture and society meaning.
Keyword:
kanyouku , idioms , classification
1. PENDAHULUAN
Kanyouku adalah
istilah idiom dalam bahasa Jepang. Kanyouku bisa terbentuk dari berbagai macam unsur pembentuk seperti kata
kerja, kata sifat, dan kata benda. Serta jenis makna, diantaranya perasaan atau emosi,
watak/perilaku, unsur perbuatan/kegiatan, derajat, budaya dan sebagainya.
1.1.
Latar Belakang
Umumnya dalam
percakapan sehari-hari, setelah dilihat dari novel, terlihat banyak orang
Jepang sering menggunakan ungkapan-ungkapan lain dalam berkomunikasi untuk
memperjelas suatu makna agar tidak terjadi kesalahpahaman. Salah
satu bentuk ungkapan tersebut yaitu kanyouku.
Kanyouku adalah istilah dalam bahasa
Jepang yang berarti idiom. Chaer (2003:296) mengatakan bahwa idiom adalah satuan
ujaran yang maknanya tidak bisa “diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik
secara leksikal maupun gramatikal. Syouzo (1991:216) menyatakan bahwa kanyouku adalah dua atau lebih kosakata
yang berkaitan, yang menggambarkan arti yang spesial’. Seperti, ago de tsukau ‘memerintah dengan
sombong’, ashi ga deru ‘melebihi
anggaran’, dan hone o oru ‘bekerja
keras’.
Kanyouku
pada contoh (1) 顎でつかうago
de tsukau ‘menggunakan
dagu’ memiliki makna kanyouku yaitu
memerintah atau mengarahkan dengan sombong yang maknanya tidak dapat dirubah.
Apabila diartikan secara leksikal kata-perkata, 顎ago
artinya ‘dagu’, dan 使うtsukau
artinya ‘menggunakan’. Jika diperhatikan maka akan terlihat perbedaan yang jauh
antara makna leksikal dan makna kanyouku.
Orang Jepang
sering menggunakan ungkapan tidak langsung namun bermakna mendalam, sehingga kanyouku sendiri menjadi hal yang lumrah
yang sering muncul dalam percakapan Jepang sehari-hari. Selain diungkapan dalam
perckapan sehari-hari oleh masyarakat Jepang, kanyouku sendiri juga banyak ditemukan dalam cerpen, novel, komik,
buku cerita, majalah, dan tulisan-tulisan berbahasa Jepang lainnya, juga
merupakan ungkapan yang menarik untuk dipelajari, karena dapat membumbui
tuturan seseorang sehingga dapat langsung mengungkapkan apa yang dimaksud.
Banyaknya jenis
unsur pembentuk kanyouku serta
sulitnya memahami makna kanyouku,
membuat peneliti semakin tertarik untuk meneliti tentang kanyouku bahasa Jepang. Selain dapat mengetahui maknanya,
pengetahuan tentang kanyouku bisa menambah
wawasan kosakata dalam berbahasa Jepang.
Peneliti melakukan
penelitian dalam ruang lingkup kajian semantik (imiron), yaitu cabang ilmu yang meneliti tentang arti atau makna.
Semantik memegang peranan penting karena bahasa yang digunakan dalam komunikasi
tiada lain hanya untuk menyampaikan suatu makna. Misalnya menyampaikan ide dan
pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan bicaranya bisa memahami apa yang
dimaksud, karena ia bisa menyerap apa makna yang dimaksud (Sutedi, 2003:103).
Penelitian ini
juga menggunakan sebuah buku cerita “Torokko,
Hana” karya Akutagawa Ryunosuke sebagai sumber data. Torokko, Hana merupakan sebuah buku cerita yang mana di dalamnya
terdapat 12 jenis cerita dengan judul yang berbeda-beda. Banyaknya keragaman
cerita membuat peneliti merasa tertarik untuk menemukan berbagai macam kanyouku yang ada pada buku cerita
tersebut. Oleh karena itulah peneliti tertarik serta mengangkat judul “Kanyouku ‘Idiom’ dalam Buku Cerita Torokko, Hana Karya Akutagawa
Ryunosuke”.
Berdasarkan latar belakang yang
telah dijelaskan, rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu:
1.
Bagaimana klasifikasi kanyouku yang terdapat dalam buku cerita
Torokko, Hana karya Akutagawa
Ryunosuke?
2.
Bagaimana makna kanyouku yang terdapat dalam buku cerita Torokko, Hana karya Akutagawa Ryunosuke?
Teori yang
digunakan adalah teori Yutaka Miyaji (1982) dan Inoue Muneo (1992). Miyaji
membagi jenis kanyouku berdasarkan
jenis kata pembentuknya, yaitu :
1.
Doushi Kanyouku (N+V) yaitu
kanyouku yang terbentuk atas gabungan
nomina ditamba verba dan merupakan kanyouku
yang paling banyak digunakan dari keseluruhan kanyouku yang ada. (Miyaji, 1982:242)
(1)
鼻に掛ける
Hana ni kakeru.
‘Sombong’
2.
Keiyoushi Kanyouku (N+Adj) yaitu
kanyouku yang terbentuk dari nomina
adjektiva – i (keiyoushi). Untuk
adjektiva – na (keiyoushi) ada juga,
namun karena jumlahnya sedikit, maka untuk adjektiva ini lebih ditekankan
mengenai bentuk –i (keiyoushi).
(Miyaji, 1982:244)
(2)
鼻が高い
hana ga takai
‘Bangga’.
3.
Meishi Kanyouku (N+N) yaitukKanyouku yang terdiri dari gabungan dua
buah nomina yaitu nomina ditambah nomina. (Miyaji, 1982:244)
(3)
目と鼻の間
Me to hana no aida
‘Sangat dekat.’
Kemudian Muneo (1992 : IV-XI) membagi kanyouku berdasarkan 5 jenis makna,
yaitu :
1.
感覚、感情を表す慣用句
Kankaku, kanjyou o arawasu
kanyouku
‘Kanyouku yang menyatakan
perasaan dan indera perasa.’
(4)
頭にくる
Atama ni kuru
‘Kesal atau
marah.’
2.
体、性格、態度を表す慣用句
Karada, seikaku, taido o arawasu kanyouku.
‘Kanyouku yang menyatakan keadaan tubuh,
sifat/watak, perilaku/sikap.’
(5)
腹がない
Hara ga nai
‘Tidak ada keberanian, tidak bisa tegas.’
3.
行為、動作、行動を表す慣用句
Koui, dousa, koudou o arawasu kanyouku.
‘Kanyouku yang menyatakan
perbuatan, aksi, dan kegiatan.’
(6)
顔を出す
Kao o dasu
‘Mengunjungi, member salam, menghadiri pertemuan.’
4.
状態、程度、価値を表す慣用句
Joutai, teido, kachi o arawasu kanyouku.
‘Kanyouku yang menyatakan keadaan,
derajat, dan nilai.’
(7)
目に見えて
Me ni miete
‘Terlihat jelas, umum, dan terkemuka.’
5.
社会、文化、生活を表す慣用句
Shakai, bunka, seikatsu o arawasu
kanyouku.
‘Kanyouku yang menyatakan kehidupan
masyarakat dan kebudayaan.’
(8)
顔が広い
Kao ga hiroi
‘Mempunyai banyak relasi atau kenalan.’
Metode penelitian ini adalah
metode kualitatif deskriptif. Peneliti berusaha menganalisis jenis kata dan jenis makna kanyouku yang terdapat dalam buku cerita Torokko, Hana karya Akutagawa Ryunosuke. Tahapan yang dilakukan agar
penelitian memperoleh hasil yang baik antara lain; tahap pengumpulan data,
dilanjutkan dengan analisis data dan tahap akhir penyajian hasil analisis. I) Metode teknik dan pengumpulan data,
dilakukan dengan metode simak, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik
dasarnya berupa teknik sadap, sedangkan teknik lanjutannya berupa teknik simak
bebas libas cakap dan teknik catat. II) Metode dan teknik analisis data, yang
dilakukan dengan cara menggunakan metode padan ortografis dan teknik dasar
pilah unsur penentu atau PUP daya pilah ortografis. Metode padan ortografis
adalah metode padan yang alat penentunya berupa bahasa tulis (Sudaryanto dalam
Kesuma, 2007:49). III) Penyajian data secara formal dan informal.
1.2.
Tinjauan Pustaka
Fahmiyatri (2008) yang meneliti tentang
“Makna Idiom Bahasa Jepang (Kajian Pragmatik)”. Berdasarkan hasil analisisnya,
Fahmiyatri memperoleh kesimpulan bahwa idiom bahasa Jepang terbentuk dari
gabungan kata benda dan kata kerja, dan kata benda dan kata sifat yang
dihubungkan oleh suatu partikel. Makna idiom dapat dipahami berdasarkan
konteksnya. Setiap kalimat/tuturan bahasa Jepang yang menggunakan idiom
berpotensi untuk mewujudkan tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
2.
PEMBAHASAN
Berikut klasifikasi dan analisis kanyouku yang terdapat dalam buku cerita
Torokko, Hana karya Akutagawa Ryunosuke.
2.1 Doushi
Kanyouku
(N+V)
[4] 私は思わず息を呑んだ。
(Ryunosuke,
1985:119)
Watashi wa omowazu iki o
nonda.
‘Saya secara tidak sadar terkejut.’
Kanyouku pada data [4]
terbentuk dari frasa 息を呑む iki o nomu ‘terkejut’ yaitu dari kata 息iki ‘nafas’ dan kata 呑むnomu ‘menelan’, serta partikelを o. Verba 呑んだ nonda ‘telah menelan’
merupakan bentuk lampau dari verba 呑むnomu yang ditandai
dengan afiks –ta/da. Sehingga jika diterjemah secara leksikal
memiliki makna ‘telah menelan nafas’. Menurut Ishii (1998 : 95), kanyouku 息を呑む iki o nomu memiliki makna :
思いがけないできごとにあって、はっとする。
omoi ga kenaideki koto ni atte, hatto suru.
‘Terkejut karena sesuatu yang tidak terduga,
terkejut.’
Kanyouku pada data [4] termasuk dalam kelompok I yaitu yang menyatakan makna emosi, perasaan, dan indra perasa. Emosi dan perasaan dalam
hal ini yaitu perasaan seseorang yang terkejut.
Kalimat pada data [4] menyatakan bahwa seseorang secara tidak sadar telah
terkejut karena terjadi suatu hal yang tidak terduga.
[5] ぼんやり空を眺めながら、途方に暮れて立っていました。
(Ryunosuke,
1985:144)
Bonyari sora o nagame nagara, tohou ni kurete tatteimashita.
‘Sedang termenung memandang langit,
berdiri karena bingung.’
Kanyouku pada data [5]
terbentuk dari frasa 途方に暮れるtohou ni kureru ‘bingung’ yaitu terdiri dari
kata 途おh方tohou ‘tujuan’ dan kata 暮れるkureru ‘menjadi gelap’ serta partikelに ni. Verba 暮れてkurete merupakan bentuk –te
dari verba 暮れる kureru, sehingga jika
diterjemahkan secara leksikal berarti ‘tujuan menjadi gelap’. Menurut Ishii (1998:729), kanyouku 途方に暮れる tohou ni kureru memiliki makna :
どうしたらよいかわからなくてこまりはてる。
Doushitara
yoika wakaranaku komari hateru.
‘Menjadi
sangat bingung, tidak tahu bagaimana sebaiknya’.
Berdasarkan
penjelasan makna di atas, kanyouku
pada data [5] termasuk dalam kelompok IV
yang menyatakan makna keadaan. Makna
kanyouku dalam hal ini yaitu kedaan
seseorang yang bingung karena
bagaimana sebaiknya. Jika dilihat dari konteksnya pada data [5] menyatakan
keadaan seseorang yang hanya berdiri termenung menatap langit karena bingung
tidak tahu harus berbuat apa.
[10]
白は犬殺しに目を配りながら、じりじり後すざりを始めました。
(Ryunosuke,
1985:201)
Shiro
wa inugoroshi ni me o kubari nagara,
jirijiri ato suzari o hajimemashita.
‘Shiro sambil memperhatikan
orang yang membunuh anjing, perlahan-lahan mulai mundur ke belakang.‘
Kanyouku pada data [10]
terbentu dari frasa 目を配る me o kubaru ‘memperhatikan’ yaitu terdiri dari
kata 目me ‘mata’ dan kata 配るkubaru ‘membagikan’, serta partikelを o, sehingga jika diterjemahkan secara
leksikal berarti ‘membagikan mata’. Menurut Ishii (1998:974), kanyouku ini memiliki makna :
あちこちをよく見て、注意する。
achi kochi o yoku
mite, chui suru.
‘Sering melihat kesana kemari,
memperhatikan.’
Kanyouku pada data [10]
termasuk dalam kelompok III yang
menyatakan makna aksi atau perbuatan. Aksi atau perbuatan yang
ditunjukan dalam hal ini yaitu memperhatikan
keadaan sambil melirik kesana-kemari untuk siaga. Kalimat pada data [10]
menyatakan bahwa Shiro melirik kesana kemari untuk memperhatikan orang yang
melakukan pembunuhan anjing sambil perlahan-lahan mundur ke belakang.
2.2 Keiyoushi Kanyouku
(N+Adj)
[39]
この分でのぼって行けば、地獄からぬけ出すのも、存外わけがないかも知れません。
(Ryunosuke, 1985:110)
Kono bun de nobotte ikeba, jigoku kara nuke dasu no mo, zongai wake ga nai kamoshiremasen.
‘Jika anda pergi mendaki saat ini, keluar
dari nerakapun, mungkin gampang dari
yang saya pikir.’
Kanyouku pada data [41] terbentuk dari frasa 訳がない wake ga nai ‘gampang, mudah’, yaitu terdiri dari kata 訳wake ‘alasan, sebab’ dan
kata ないnai ‘tidak ada’, serta partikelが ga, sehingga jika
diterjemahkan secara leksikal berarti ‘tidak ada alasan’. Menurut Ishii
(1998:1066), kanyouku ini memiliki
makna :
1.
かんたんだ。なんでもない。たやすい。(わけないとも言う)。
Kantan da. Nandemonai. Tayasui .(wakenai to mo iu).
‘Mudah.
Tidak ada apa-apa. Gampang.’
2.
なんでもないようすだ。かんたんだ。
Nandemonai yousu da. Kantanda.
‘Tidak ada yang terjadi. Mudah.’
Kanyouku pada data [41] termasuk pada kelompok
IV yang menyatakan makna keadaan,
nilai dan derajat. Keadaan dalam
hal ini yaitu menunjukan sesuatu yang ‘gampang/mudah’
dilakukan. Kalimat pada data [41] menyatakan bahwa seseorang mengatakan
tentang suatu hal yang gampang dari yang dia pikirkan tentang keluar dari
neraka jika mendaki (saat ini).
2.3 Meishi Kanyouku
(N+N)
[43] この見知らない小娘を 頭ごなしに叱りつけてでも, 又元の通り窓の戸をしめさせたのに相違なかったのである。
(Ryunosuke, 1985:118)
Kono
mishirarenai ko musume o atama go nashi
ni shikari tsukete demo, mata moto no mawari mado no to o shimesaseta ni
soui nakatta no de aru.
‘Walaupun sudah menegur anak perempuan
yang tidak dikenal ini dengan keras,
dilain waktu menyuruh untuk menutup menutup jendela seperti semula tidak ada
bedanya.’
Kanyouku pada data [43]
terebntuk dari frasa 頭ご無しにatama go nashi ni ‘mengekang, dengan keras’, yaitu terdiri dari
kata 頭atama ‘kepala’ dan kata 無しnashi ‘tidak ada’, serta partikelに ni, sehingga jika
diterjemahkan secara leksikal berarti ‘tidak ada kepala’. Menurut Ishii
(1998:73), kanyouku ini memiliki
makna :
あいての言うこともいきかないで、はじめからおさえつけるように言うこと。
aite no iu koto mo ikikanaide, hajime kara osae tsukeru you ni iu
koto.
‘Tidak
mendengarkan apa yang dikatakan lawan bicara, dari awal mengekang atau
menahan.’
Berdasarkan
jenis maknanya, kanyouku pada data
[43] termasuk dalam kelompok II yang
menyatakan makna perilaku, sifat,
dan watak. Ungkapan dalam hal ini
yaitu mengacu pada perilaku seseorang yang mengekang
atau bertindak keras. Kalimat pada data [43] menyatakan bahwa seseorang
yang telah menegur anak perempuan yang tidak dikenal dengan keras namun ketika
diminta kembali untuk menutup jendela sama sekali tidak berubah atau tidak
mendengarkan apa yang dikatakan orang itu.
3.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan dan hasil analisa yang telah peneliti lakukan, dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Menurut
teori Miyaji yang mengklasifikasikan kanyouku
berdasarkan jenis kata, maka dari 46 kanyouku
yang telah dianalisis, didapatkan 38 kanyouku
yang termasuk dalam kelompok doushi
kanyouku (gabungan kata benda dan kata kerja), 2 kanyouku yang termasuk dalam keiyoushi
kanyouku (gabungan kata benda dan kata sifat), dan 6 kanyouku yang termasuk dalam meishi
kanyouku (gabungan kata benda dan kata benda).
2. Kanyouku
yang telah dianalisis sebagian besar menggunakan partikel berupa をo, が ga,
dan に ni.
Partikel yang paling
banyak digunakan yaitu partikelをo.
Namun beberapa ada juga yang tidak menggunakan partikel.
3. Menurut
teori Muneo yang mengklasifikasikan kanyouku
berdasarkan jenis makna, maka dari 46 data yang telah dianalisis, terdapat 16
data yang menyatakan makna perasaan, emosi, dan indra perasa, 4 data yang
menyatakan makna sifat, watak, perilaku, 15 data yang menyatakan makna
perbuatan, aksi, dan tindakan, 11 data yang menyatakan makna keadaan, derajat,
atau nilai, dan 0 data yang menyatakan makna hubungan sosial, budaya. Dari data
yang dianalisis peneliti belum menemukan kanyouku
yang menyatakan makna budaya atau hubungan sosial dengan orang lain. Kanyouku yang menyatakan makna perasaan,
emosi, dan indra perasa merupakan kanyouku
yang paling banyak ditemui dari 48 data yang telah dianalisis.
4. Makna
kanyouku dapat dipahami berdasarkan
konteksnya.
4. DAFTAR
PUSTAKA
Catry, Edwin L dan Okawa, Eve N. 2004. The Super Anchor Japanese-English Dictionary
Second Edition. Tokyo: Gakken.
Chaer. Abdul.
2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
___________. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Fahmiyatri, Mimi. 2008. “Makna Idiom
Bahasa Jepang (Kajian Pragmatik)”. Skripsi. Padang : Universitas Andalas.
Ishii,
Shouji. 1998. Kokugo gakushū Jiten.
Tokyo : Nihon Hyoujun
Kridalaksana,
Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Matsumura,
Akira. 1971. Nihon Bunpou Daijiten.
Tokyo : Meiji shohin.
Miyaji, Yutaka.
1982. Kanyouku no Imi to Youho. Tokyo
: Meiji Publishing Company.
Muneo,
Inoue. 1992. Reikai Kanyouku Jiten.
Tokyo : Sootakusha.
Muraishi,
Syouzo. 1991. Kumon no Gakushu Kokugo no
Jiten. Tokyo: Kumon Shuppon.
Ryunosuke,
Akutagawa. 1985. Torokko, Hana. Tokyo
: Kodansha.
Shiang,
Tjhin Thian. 2007. Kamus Praktis Jepang-Indonesia.
Jakarta : Gakushudo
Sutedi,
Dedi. 2003. Dasar-dasar Liguistik
Bahasa Jepang, Bandung : Humaniora.