Japan Culture

BUNRAKU

22.50.00

BUNRAKU

Bunraku (文楽), juga dikenal sebagai Ningyō jōruri (人形净瑠璃), adalah teater boneka tradisional Jepang, didirikan di Osaka pada tahun 1684.

Tiga jenis pemain dalam pertunjukan Bunraku:

1. Ningyōtsukai atau Ningyōzukai – dalang

2. Tayū – penyanyi

3. Pemain shamisen

Kadang-kadang, instrumen lainnya seperti drum taiko turut digunakan.
Istilah yang paling akurat untuk menyebut teater wayang tradisional di Jepang adalah ningyō jōruri. Kombinasi dari nyanyian dan permainan shamisen disebut jōruri dan kata dalam bahasa Jepang untuk wayang (atau boneka, pada umumnya) adalah ningyō. Perwayangan Bunraku telah menjadi aktivitas tradisional yang terdokumentasi di masyarakat Jepang selama ratusan tahun.

Sejarah

Awalnya, istilah "Bunraku" merujuk hanya untuk teater tertentu yang didirikan pada tahun 1872 di Osaka yang bernama Bunrakuza setelah ansembel (pertunjukan musik kelompok) Uemura Bunrakuken (植村文楽轩), sebuah perwayangan di Awaji pada awal abad ke-19, yang dalam upayanya telah berhasil menghidupkan kembali teater boneka tradisional di abad ke-19.

Teater Bunraku Nasional Jepang, yang merupakan keturunan dari teater yang didirikan oleh Bunrakken, kemudian mempopulerkan nama "Bunraku" di abad ke-20 yang mana sampai sekarang banyak orang Jepang menggunakan istilah tersebut untuk menyebut teater wayang tradisional manapun di Jepang.
Namun, hampir semua kelompok wayang tradisional yang saat ini ada di luar Osaka telah didirikan dan diberi nama jauh sebelum munculnya Uemura Bunrakukken dan teaternya, sehingga mereka tidak menggunakan kata itu untuk menggambarkan kelompok mereka. Pengecualian adalah beberapa kelompok yang diorganisasi oleh dalang-dalang dari Bunraku-za atau pengganti-penggantinya yang meninggalkan Osaka untuk mencari teater di provinsi-provinsi.

Elemen dalam bentuk Boneka Bunraku terdapat dalam berbagai ukuran dari dua setengah sampai empat kaki tingginya atau lebih, tergantung pada umur dan jenis kelamin dari karakter dan konvensi spesifik kelompok wayang. Berdasarkan tradisi, boneka Osaka cenderung agak lebih kecil secara keseluruhan, sedangkan boneka Awaji merupakan beberapa produksi yang terbesar karena pembuatannya cenderung dilakukan di luar ruangan.

Kepala dan tangan boneka tradisional diukir oleh para spesialis, sementara tubuh dan kostum sering dibuat oleh dalang-dalang. Mekanisme kepala boneka amat canggih. Dalam pertunjukan bertemakan supranatural, boneka dapat diatur sehingga wajahnya dengan cepat dapat berubah menjadi wajah iblis. Kepala yang kurang kompleks dari itu memiliki mata yang dapat bergerak ke atas dan ke bawah, sisi ke sisi atau menutup, dan hidung, mulut, dan alis yang bergerak.

Kontrol untuk semua gerakan bagian kepala terletak di pegangan yang memanjang ke bawah dari leher wayang dan dicapai oleh dalang utama dengan memasukkan tangan kiri ke dada wayang melalui lubang di belakang tubuh.
Dalang utama, omozukai, menggunakan tangan kanan mereka untuk mengontrol tangan kanan boneka. Dalang kiri, dikenal sebagai hidarizukai atau sashizukai, tergantung tradisi kelompok, memanipulasi tangan kiri boneka dengan tangan kanan dalang dengan batang kendali yang memanjang kebelakang dari sikut boneka. Dalang ketiga, ashizukai, mengoperasikan bagian kaki. Dalang memulai latihan mereka dengan mengendalikan kaki, lalu tangan kanan, sebelum bisa berlatih sebagai dalang utama. Proses ini dapat berlangsung selama 30 tahun.
Semua kecuali karakter-karakter kecil memerlukan tiga dalang yang tampil di hadapan penuh penonton, umumnya mengenakan jubah hitam. Dalam beberapa tradisi, semua dalang memakai tudung hitam di atas kepala mereka, sementara yang lain, termasuk Teater Nasional Bunraku, membiarkan dalang utama tanpa tudung yang dikenal sebagai dezukai. Bentuk kerudung dalang juga bervariasi, tergantung pada sekolah dalang tersebut.

Biasanya pelantun/penyanyi tunggal membacakan semua bagian karakter, mengubah level tinggi rendahnya suara untuk beralih menyuarakan berbagai karakter. Namun, terkadang beberapa pelantun digunakan. Pelantun/penyanyi duduk di sebelah pemain shamisen di platform bergulir, dan dari waktu ke waktu, platform bergerak memutar, membawa musisi pengganti untuk adegan berikutnya.
Shamisen yang digunakan dalam Bunraku memiliki suara yang berbeda dari shamisen lain. Pitch lebih rendah, dan memiliki nada yang lebih lengkap.

Bunraku memiliki banyak kesamaan tema dengan Kabuki. Bahkan, banyak pertunjukan diadaptasi oleh aktor di Kabuki dan kelompok wayang di Bunraku. Bunraku terutama dikenal dengan pertunjukan cinta-bunuh dirinya. Cerita tentang empat puluh tujuh ronin juga terkenal baik di Bunraku maupun Kabuki.

Bunraku adalah teater milik penulis, sebagai lawan Kabuki, yang merupakan teater milik pemain. Dalam Bunraku, sebelum pertunjukan, penyanyi mengangkat teks dan memberi hormat dengan menunduk pada teks tersebut, berjanji untuk mengikutinya (teks) dengan setia. Dalam Kabuki, para aktor memasukkan pun (lelucon dimana kata yang digunakan memiliki bunyi yang sama namun arti yang berbeda) pada nama mereka, ad-libs, referensi kejadian kontemporer dan hal-hal lain yang menyimpang dari naskah.
Penulis drama Bunraku yang paling terkenal adalah Chikamatsu Monzaemon. Dengan lebih dari 100 pertunjukan mengkreditkan Chikamatsu, beliau terkadang disebut Shakespeare Jepang. Perusahaan Bunraku, artis, dan pembuat wayang telah dianggap sebagai "Living National Treasures" dalam program Jepang untuk melestarikan budaya.

Bunraku masa kini

Osaka adalah rumah dari kelompok yang didukung pemerintah di Teater Nasional Bunraku. Kelompok menampilkan lima atau lebih pertunjukan setiap tahun, masing-masing berjalan selama dua hingga tiga minggu di Osaka sebelum pindah ke Tokyo untuk mengadakan pertunjukan di Teater Nasional. Kelompok Teater Nasional Bunraku juga mengadakan tur di Jepang dan kadang-kadang di luar negeri.

Sampai akhir 1800-an ada ratusan kelompok profesional, semi-profesional, dan amatir lainnya di seluruh Jepang yang mempertunjukkan drama wayang tradisional. Sejak akhir Perang Dunia II, jumlah kelompok-kelompok telah menurun menjadi kurang dari 30, sebagian besar hanya mengadakan pertunjukan sekali atau dua kali setahun, sering bersamaan dengan perayaan festival lokal. Beberapa kelompok regional, terus mengadakan pertunjukan secara aktif.
Kelompok wayang Awaji, terletak di Pulau Awaji sebelah barat daya Kobe, mengadakan pertunjukan pendek harian dan pertunjukan yang lebih ekstensif di teater milik mereka dan telah melakukan tur ke Amerika Serikat, Rusia dan tempat lain di luar negeri.

Kelompok wayang Bunraku Tradisional Tonda dari Prefektur Shiga, didirikan pada tahun 1830-an, telah melakukan tur di Amerika Serikat dan Australia sebanyak lima kali dan telah aktif dalam program-program akademik di Jepang untuk mahasiswa universitas Amerika yang ingin berlatih di perwayangan tradisional Jepang. Kelompok Wayang Imada, yang telah mengadakan pertunjukan di Perancis, Taiwan, dan Amerika Serikat, serta Kelompok Wayang Kuroda terletak di kota Iida di Nagano. Kedua kelompok, yang menelusuri kembali sejarah mereka lebih dari 300 tahun, sering mengadakan pertunjukan dan juga aktif dalam membina dalang-dalang generasi baru dan memperluas pengetahuan perwayangan melalui program pelatihan di sekolah menengah setempat dan dengan mengajar mahasiswa universitas Amerika dalam program akademik di musim panas di teater rumah mereka.

Peningkatan minat kepada Bunraku telah memberikan kontribusi terhadap pembentukan kelompok wayang tradisional Jepang pertama di Amerika Utara. Sejak tahun 2003, Kelompok Wayang Teluk Bunraku, yang saat ini berbasis di University of Missouri di Columbia, Missouri, telah mengadakan pertunjukan di berbagai tempat di Amerika Serikat, termasuk Pusat Kennedy untuk Pertunjukan Seni dan Institusi Smithsonian, serta Jepang. Mereka juga tampil bersama Kelompok Wayang Imada. Pusat Seni Perwayangan di Atlanta, Georgia memiliki banyak ragam boneka Bunraku dalam koleksi Asia mereka, Koleksi Asia di Pusat Seni Perwayangan.

Bunraku di Barat

Di Eropa dan Amerika, istilah "Bunraku" sering digunakan antara dalang-dalang untuk menggambarkan wayang yang dimanipulasi dengan cara yang sama dengan yang ada di teater Bunraku tradisional Jepang, berbeda dengan boneka tangan, boneka batang, wayang kulit, atau boneka. Karakteristik Barat "Bunraku" biasanya meliputi beberapa dalang wayang yang terlihat yang memanipulasi boneka secara langsung. Elemen lainnya meniru teater tradisional Bunraku mungkin ada. Dalang-dalang Barat telah menemukan istilah yang tepat untuk menggambarkan boneka tradisional Jepang yang unik.

Suara dan musik

Penyanyi dan pemain shamisen menyediakan musik latar yang penting dalam Bunraku. Dalam kebanyakan pertunjukan, hanya seorang musisi dan pelantun yang memainkan musik untuk satu adegan. Harmoni antara dua musisi adalah sebuah kriteria penting yang menentukan kualitas kontribusi mereka terhadap pertunjukan.

Tayu (pelantun)

Peran dari "Tayu" adalah untuk mengekspresikan emosi dan kepribadian boneka. "Tayu" tidak hanya menyuarakan masing-masing karakter, tetapi juga sebagai narator. Terletak di sisi panggung, "Tayu" secara fisik menunjukkan ekspresi wajah masing-masing karakter sambil menyuarakan setiap karakter dengan suara yang seharusnya. Secara simultan, membedakan suara antara karakter dengan melebih-lebihkan emosi dan suara mereka. Hal ini juga dilakukan untuk memaksimalkan aspek emosional bagi para penonton.

Pemain shamisen

Dalam Bunraku, shamisen yang terbesar yaitu futo-zao shamisen, dan yang terendah pun digunakan. Shamisen tersebut ramping dan mereka cenderung membawa butt plugs bersama setiap saat.

Orkestra

Instrumen yang paling sering digunakan adalah seruling, khususnya "shakuhachi", "koto" dan berbagai instrumen perkusi.

Boneka Bunraku

a. Kepala

Kepala boneka ("kashira") terbagi dalam kategori menurut jenis kelamin, kelas sosial dan kepribadian. Kepala tertentu diciptakan untuk peran-peran tertentu, yang lain dapat digunakan untuk berbagai pertunjukan dengan mengubah pakaian dan cat. Kepala dicat ulang dan dipersiapkan sebelum pertunjukan.

Penyusunan rambut merupakan seni tersendiri. Rambut membedakan karakter dan juga bisa menunjukkan ciri-ciri kepribadian tertentu. Rambut terbuat dari rambut manusia dengan ekor yak ditambahkan untuk menciptakan volume. Semuanya kemudian disusun di plat tembaga. Untuk memastikan bahwa kepala boneka tidak rusak, sentuhan terakhir gaya rambut dibuat dengan air dan lilin lebah, bukan minyak.

Jenis kepala boneka

Kepala boneka (kashira) laki-laki

§ Bunshichi: kepala boneka dengan ekspresi maskulin laki-laki tampan tapi sudah lama menderita, digunakan untuk tokoh utama ceritatragedi

§ Kenbishi: kepala boneka dengan garis mulut yang tegas menandakan kemauan keras, digunakan untuk samurai, orang kota, dan sebagainya

§ Ōdanshichi: kepala boneka dengan ekspresi lelaki pemberani

§ Darasuke: kepala boneka dengan ekspresi mengejek untuk peran orang jahat

§ Yokanpei: kepala boneka dengan wajah buruk untuk peran orang jahat yang komikal

§ Matahei: kepala boneka dengan ekspresi rakyat biasa, orang kecil, atau penduduk kota yang jujur

§ Kiichi: kepala boneka untuk peran samurai tua dengan hati yang penuh cinta

§ Genda: kepala boneka untuk peran laki-laki tampan berumur 20 tahunan

§ Wakaotoko: kepala boneka laki-laki remaja untuk kisah cinta

§ Kōmei: kepala boneka untuk samurai berusia empat puluhan hingga lima puluhan, secara jelas terlihat berkepribadian halus dan bijaksana

§ Kintoki: kepala boneka untuk samurai yang kuat dan berperasaan dalam cerita jidaimono.

Kepala boneka perempuan

§ Musume: kepala boneka perempuan belum kawin berusia 14 atau 15 tahun dengan ekspresi murni tanpa dosa

§ Fukeoyama: kepala boneka yang digunakan untuk berbagai peran wanita berusia dua puluh tahunan hingga empat puluh tahunan.

§ Keisei: kepala boneka paling cantik untuk peran wanita penghibur kelas tinggi yang sensual

§ Ofuku: kepala boneka untuk peran wanita berwajah lucu atau komikal.

b. Kostum

Kostum dirancang oleh master kostum dan terdiri dari serangkaian pakaian dengan berbagai warna dan pola. Pakaian ini biasanya termasuk ikat pinggang dan ikat leher serta di bawah jubah (juban), sebuah kimono dalam (kitsuke), rompi (haori) atau jubah luar (uchikake). Untuk menjaga kostum tetap halus, kostum dilapisi dengan kapas.

Apabila pakaian boneka telah rusak atau kotor, pakaian diganti oleh dalang. Proses memakaikan baju boneka oleh dalang disebut koshirae.

Teks dan boneka

Tidak seperti Kabuki, yang menekankan semata-mata kinerja aktor, Bunraku menunjukkan elemen presentasi (secara langsung mencoba memancing respon tertentu) dan representasi (mencoba mengekspresikan ide atau perasaan penulis). Dengan demikian, perhatian diberikan kepada aspek visual dan musik dari boneka-boneka serta kinerja pertunjukan dan teks. Oleh itu, setiap bagian dimulai dengan upacara di mana Tayu berjanji setia dalam menafsirkan teks, posisi di balik podium berdekor. Teks juga dihadirkan pada awal setiap adegan.

Panggung

Panggung musisi-Yuka: Ini adalah tahap tambahan dimana gidayu-bushi dipertunjukkan. Bagian ini menonjol keluar ke area penonton di bagian kanan depan kursi. Di atasnya terdapat platform berputar khusus. Di sinilah pelantun dan pemain shamisen melakukan penampilan mereka, dan, ketika mereka selesai, bagian ini akan berputar sekali lagi, membawa mereka ke belakang panggung dan menempatkan para pemain selanjutnya di atas panggung.

Partisi (Tesuri) dan lubang besar (Funazoko): Di daerah antara panggung atas dan bawah, posisi tiga tahap, yang dikenal sebagai "pagar" (tesuri). Terletak di area belakang partisi kedua yang seringkali disebut lubang besar dan dimana dalang berdiri untuk memainkan boneka. Tirai kecil (Komaku) dan Kamar Balik Layar (Misuuchi): Panggung ini terlihat dari sudut penonton, sisi kanan disebut kamite (panggung kiri), sementara sisi kiri disebut shimote (kanan panggung). Boneka diletakkan untuk muncul dan kemudian meninggalkan panggung melalui tirai hitam kecil. Layar gelap terletak di atas tirai-tirai kecil, dan mereka memiliki tirai khusus yang terbuat dari bambu sehingga penonton tidak bisa melihat ke dalam.

You Might Also Like

3 komentar

  1. waah makasih infonya kak!

    BalasHapus
  2. Haloo kak, sebelumnya aku mau terima kasih dengan infonya. aku mau tanya kak, cari jurnal yang valid untuk topik bunraku ini dimana ya?, terima kasih kak.

    BalasHapus

Hii All.. Thanks for visiting my blog.. Please leave your comment and connect each other.. Thankyou ^.^