Japan Language

KANYOUKU ‘IDIOM’ BAHASA JEPANG

11.52.00

KANYOUKU ‘IDIOM’ DALAM BUKU CERITA TOROKKO, HANA KARYA AKUTAGAWA RYUNOSUKE
Oleh: Efni Nelasari
Email: efni.nelasari@gmail.com

ABSTRAK
Kanyouku adalah gabungan beberapa kata yang pembentuknya memiliki hubungan yang erat yang memiliki satu kesatuan sehingga menimbulkan arti baru atau khusus. Dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang makna kanyouku yang terdapat dalam buku cerita Torokko, Hana karya Akutagawa Ryunosuke. Tujuannya yaitu mengetahui bagaimana klasifikasi kanyouku tersebut dari jenis kata pembentuknya dan mengetahui jenis maknanya.
Metode dan teknik penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif. Pertama adalah metode teknik dan pengumpulan data, dilakukan dengan metode simak, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya berupa teknik sadap, sedangkan teknik lanjutannya berupa teknik simak bebas libas cakap dan teknik catat. Kedua adalah metode dan teknik analisis data, yang dilakukan dengan cara menggunakan metode padan ortografis dan teknik dasar pilah unsur penentu atau PUP daya pilah ortografis. Terakhir yaitu penyajian data secara formal dan informal.
Teori yang digunakan adalah teori Yutaka Miyaji (1982) dan Inoue Muneo (1992). Miyaji membagi jenis kanyouku berdasarkan jenis kata pembentuknya. Kemudian Inoue Muneo membagi kanyouku berdasarkan jenis makna. Tahapan analisis dimulai dengan menganalisis frasa berdasarkan makna leksikal dan makna idiomatikal (kanyouku).
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa 46 kanyouku yang telah dianalisis, 38 diantaranya merupakan doushi kanyouku, 2 keiyoushi kanyouku, dan 6 meishi kanyouku, yang dihubungkan dengan partikel sepeti ni, ga, o, dan ada yang tidak menggunakan partikel. Kemudian 16 data yang menyatakan makna perasaan, emosi, dan indra perasa, 4 data yang menyatakan makna sifat, watak, perilaku, 15 data yang menyatakan makna perbuatan, aksi, dan tindakan, dan 11 data yang menyatakan makna keadaan, derajat, atau nilai. Setelah itu, dari data yang dianalisis peneliti belum menemukan kanyouku yang menyatakan makna masyarakat atau budaya.
Kata kunci: kanyouku, idiom, klasifikasi

ABSTRACK
Kanyouku (idioms) is a combination from some words which the constituent has close relationship and has a unity that forms a new and special meaning. In this research, the author discuss about kanyouku meaning which include at Torokko, Hana storybook by Akutagawa Ryunosuke. The purpose is to find about the classification of kanyouku it self from the type of constituent words and know what type of meaning.
Research methods and technique is qualitave descriptive. First is the technique methods and data collection, which done by basic and advance technique. Basic technique is teknik sadap, and then advance technique is teknik simak bebas libas cakap and teknik catat. Second is data analyzing technique and methods, which done by using orthographic and equivalent method and teknik dasar pilah unsur penentu atau PUP daya pilah ortografis. The last is presentation of data formally and informally.
The theory used is Yutaka Miyaji (1982) and Inoue Muneo (1992) theory. Miyaji divides, type of kanyouku based on type of constituent words. Then, Inoue Muneo divides kanyouku based on meaning type. Analysis stage begins by analyzing phrase based on lechsical meaning and idiomatical meaning (kanyouku).
From researching result, it’s concluded 46 kanyouku that have been analyzed, 38 of them are doushi kanyouku, 2 keiyoushi kanyouku, and 6 meishi kanyouku, which connected with particles, example, ni, ga, o and there aren’t use particles. Then, 16 datas represents about expression, emotion and sense of taste meaning, 4 datas represents traits, character and behavior meaning, 15 datas presents action meaning and 11 datas presents about condition and value meaning. And then, from the data which being analyzed, author don’t found any kanyouku which present about culture and society meaning.
Keyword: kanyouku , idioms , classification

1.      PENDAHULUAN
Kanyouku adalah istilah idiom dalam bahasa Jepang. Kanyouku bisa terbentuk dari berbagai macam unsur pembentuk seperti kata kerja, kata sifat, dan kata benda. Serta jenis makna, diantaranya perasaan atau emosi, watak/perilaku, unsur perbuatan/kegiatan, derajat, budaya dan sebagainya.

1.1.  Latar Belakang
Umumnya dalam percakapan sehari-hari, setelah dilihat dari novel, terlihat banyak orang Jepang sering menggunakan ungkapan-ungkapan lain dalam berkomunikasi untuk memperjelas suatu makna agar tidak terjadi kesalahpahaman. Salah satu bentuk ungkapan tersebut yaitu kanyouku.  Kanyouku adalah istilah dalam bahasa Jepang yang berarti idiom. Chaer (2003:296) mengatakan bahwa idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak bisa “diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal. Syouzo (1991:216) menyatakan bahwa kanyouku adalah dua atau lebih kosakata yang berkaitan, yang menggambarkan arti yang spesial’. Seperti, ago de tsukau ‘memerintah dengan sombong’, ashi ga deru ‘melebihi anggaran’, dan hone o oru ‘bekerja keras’.
Kanyouku pada contoh (1) 顎でつかうago de tsukau  ‘menggunakan dagu’ memiliki makna kanyouku yaitu memerintah atau mengarahkan dengan sombong yang maknanya tidak dapat dirubah. Apabila diartikan secara leksikal kata-perkata, ago artinya ‘dagu’, dan 使うtsukau artinya ‘menggunakan’. Jika diperhatikan maka akan terlihat perbedaan yang jauh antara makna leksikal dan makna kanyouku.
Orang Jepang sering menggunakan ungkapan tidak langsung namun bermakna mendalam, sehingga kanyouku sendiri menjadi hal yang lumrah yang sering muncul dalam percakapan Jepang sehari-hari. Selain diungkapan dalam perckapan sehari-hari oleh masyarakat Jepang, kanyouku sendiri juga banyak ditemukan dalam cerpen, novel, komik, buku cerita, majalah, dan tulisan-tulisan berbahasa Jepang lainnya, juga merupakan ungkapan yang menarik untuk dipelajari, karena dapat membumbui tuturan seseorang sehingga dapat langsung mengungkapkan apa yang dimaksud.
Banyaknya jenis unsur pembentuk kanyouku serta sulitnya memahami makna kanyouku, membuat peneliti semakin tertarik untuk meneliti tentang kanyouku bahasa Jepang. Selain dapat mengetahui maknanya, pengetahuan tentang kanyouku bisa menambah wawasan kosakata dalam berbahasa Jepang.
Peneliti melakukan penelitian dalam ruang lingkup kajian semantik (imiron), yaitu cabang ilmu yang meneliti tentang arti atau makna. Semantik memegang peranan penting karena bahasa yang digunakan dalam komunikasi tiada lain hanya untuk menyampaikan suatu makna. Misalnya menyampaikan ide dan pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan bicaranya bisa memahami apa yang dimaksud, karena ia bisa menyerap apa makna yang dimaksud (Sutedi, 2003:103).
Penelitian ini juga menggunakan sebuah buku cerita “Torokko, Hana” karya Akutagawa Ryunosuke sebagai sumber data. Torokko, Hana merupakan sebuah buku cerita yang mana di dalamnya terdapat 12 jenis cerita dengan judul yang berbeda-beda. Banyaknya keragaman cerita membuat peneliti merasa tertarik untuk menemukan berbagai macam kanyouku yang ada pada buku cerita tersebut. Oleh karena itulah peneliti tertarik serta mengangkat judul “Kanyouku ‘Idiom’ dalam Buku Cerita Torokko, Hana Karya Akutagawa Ryunosuke”.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu:
1.      Bagaimana klasifikasi kanyouku yang terdapat dalam buku cerita Torokko, Hana karya Akutagawa Ryunosuke?
2.      Bagaimana makna kanyouku yang terdapat dalam buku cerita Torokko, Hana karya Akutagawa Ryunosuke?
Teori yang digunakan adalah teori Yutaka Miyaji (1982) dan Inoue Muneo (1992). Miyaji membagi jenis kanyouku berdasarkan jenis kata pembentuknya, yaitu :
1.      Doushi Kanyouku (N+V) yaitu kanyouku yang terbentuk atas gabungan nomina ditamba verba dan merupakan kanyouku yang paling banyak digunakan dari keseluruhan kanyouku yang ada. (Miyaji, 1982:242)
(1)   鼻に掛ける
Hana ni kakeru.
 ‘Sombong’

2.      Keiyoushi Kanyouku (N+Adj) yaitu kanyouku yang terbentuk dari nomina adjektiva – i (keiyoushi). Untuk adjektiva – na (keiyoushi) ada juga, namun karena jumlahnya sedikit, maka untuk adjektiva ini lebih ditekankan mengenai bentuk –i (keiyoushi). (Miyaji, 1982:244)
(2)   鼻が高い
hana ga takai
‘Bangga’.

3.      Meishi Kanyouku (N+N) yaitukKanyouku yang terdiri dari gabungan dua buah nomina yaitu nomina ditambah nomina. (Miyaji, 1982:244)
(3)   目と鼻の間 
Me to hana no aida  
‘Sangat dekat.’
            Kemudian Muneo (1992 : IV-XI) membagi kanyouku berdasarkan 5 jenis makna, yaitu :
1.      感覚、感情を表す慣用句
Kankaku, kanjyou o arawasu kanyouku
‘Kanyouku yang menyatakan perasaan dan indera perasa.’
(4)   頭にくる
Atama ni kuru
‘Kesal atau marah.’

2.      体、性格、態度を表す慣用句
      Karada, seikaku, taido o arawasu kanyouku.
      ‘Kanyouku yang menyatakan keadaan tubuh, sifat/watak, perilaku/sikap.’

(5)   腹がない
Hara ga nai
‘Tidak ada keberanian, tidak bisa tegas.’

3.      行為、動作、行動を表す慣用句
      Koui, dousa, koudou o arawasu kanyouku.
      ‘Kanyouku yang menyatakan perbuatan, aksi, dan kegiatan.’

(6)   顔を出す
Kao o dasu
‘Mengunjungi, member salam, menghadiri pertemuan.’

4.      状態、程度、価値を表す慣用句
      Joutai, teido, kachi o arawasu kanyouku.
      ‘Kanyouku yang menyatakan keadaan, derajat, dan nilai.’
     
(7)   目に見えて
Me ni miete
‘Terlihat jelas, umum, dan terkemuka.’

5.      社会、文化、生活を表す慣用句
      Shakai, bunka, seikatsu o arawasu kanyouku.
      ‘Kanyouku yang menyatakan kehidupan masyarakat dan kebudayaan.’
     
(8)   顔が広い
Kao ga hiroi
‘Mempunyai banyak relasi atau kenalan.’
Metode penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Peneliti berusaha menganalisis jenis kata dan jenis makna kanyouku yang terdapat dalam buku cerita Torokko, Hana karya Akutagawa Ryunosuke. Tahapan yang dilakukan agar penelitian memperoleh hasil yang baik antara lain; tahap pengumpulan data, dilanjutkan dengan analisis data dan tahap akhir penyajian hasil analisis. I) Metode teknik dan pengumpulan data, dilakukan dengan metode simak, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya berupa teknik sadap, sedangkan teknik lanjutannya berupa teknik simak bebas libas cakap dan teknik catat. II) Metode dan teknik analisis data, yang dilakukan dengan cara menggunakan metode padan ortografis dan teknik dasar pilah unsur penentu atau PUP daya pilah ortografis. Metode padan ortografis adalah metode padan yang alat penentunya berupa bahasa tulis (Sudaryanto dalam Kesuma, 2007:49). III) Penyajian data secara formal dan informal.

1.2.  Tinjauan Pustaka
Fahmiyatri (2008) yang meneliti tentang “Makna Idiom Bahasa Jepang (Kajian Pragmatik)”. Berdasarkan hasil analisisnya, Fahmiyatri memperoleh kesimpulan bahwa idiom bahasa Jepang terbentuk dari gabungan kata benda dan kata kerja, dan kata benda dan kata sifat yang dihubungkan oleh suatu partikel. Makna idiom dapat dipahami berdasarkan konteksnya. Setiap kalimat/tuturan bahasa Jepang yang menggunakan idiom berpotensi untuk mewujudkan tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

2.      PEMBAHASAN
Berikut klasifikasi dan analisis kanyouku yang terdapat dalam buku cerita Torokko, Hana karya Akutagawa Ryunosuke.

2.1  Doushi Kanyouku (N+V)
   [4] 私は思わず息を呑んだ
(Ryunosuke, 1985:119)
Watashi wa omowazu iki o nonda.
‘Saya secara tidak sadar terkejut.’

Kanyouku pada data [4] terbentuk dari frasa iki o nomu ‘terkejut’ yaitu dari kata iki ‘nafas’ dan kata nomu ‘menelan’, serta partikel o. Verba んだ nonda ‘telah menelan’ merupakan bentuk lampau dari verba nomu yang ditandai dengan afiks –ta/da. Sehingga jika diterjemah secara leksikal memiliki makna ‘telah menelan nafas’. Menurut Ishii (1998 : 95), kanyouku 息を呑む iki o nomu memiliki makna :
いがけないできごとにあってはっとする
omoi ga kenaideki koto ni atte, hatto suru.
‘Terkejut karena sesuatu yang tidak terduga, terkejut.’

Kanyouku pada data [4] termasuk dalam kelompok I yaitu yang menyatakan makna emosi, perasaan, dan indra perasa. Emosi dan perasaan dalam hal ini yaitu perasaan seseorang yang terkejut. Kalimat pada data [4] menyatakan bahwa seseorang secara tidak sadar telah terkejut karena terjadi suatu hal yang tidak terduga.
[5] ぼんやり空を眺めながら、途方に暮れて立っていました。
(Ryunosuke, 1985:144)
Bonyari sora o nagame nagara, tohou ni kurete tatteimashita.
‘Sedang termenung memandang langit, berdiri karena bingung.’
Kanyouku pada data [5] terbentuk dari frasa 途方れるtohou ni kureru ‘bingung’ yaitu terdiri dari kata h方tohou ‘tujuan’ dan kata れるkureru ‘menjadi gelap’ serta partikel ni. Verba れてkurete merupakan bentuk –te dari verba れる kureru, sehingga jika diterjemahkan secara leksikal berarti ‘tujuan menjadi gelap’. Menurut Ishii (1998:729), kanyouku 途方に暮れる tohou ni kureru memiliki makna :
どうしたらよいかわからなくてこまりはてる。
Doushitara yoika wakaranaku komari hateru.
‘Menjadi sangat bingung, tidak tahu bagaimana sebaiknya’.
Berdasarkan penjelasan makna di atas, kanyouku pada data [5] termasuk dalam kelompok IV yang menyatakan makna keadaan. Makna kanyouku dalam hal ini yaitu kedaan seseorang yang bingung karena bagaimana sebaiknya. Jika dilihat dari konteksnya pada data [5] menyatakan keadaan seseorang yang hanya berdiri termenung menatap langit karena bingung tidak tahu harus berbuat apa.
[10] 白は犬殺しに目を配りながら、じりじり後すざりを始めました。
(Ryunosuke, 1985:201)
Shiro wa inugoroshi ni me o kubari nagara, jirijiri ato suzari o hajimemashita.
‘Shiro sambil memperhatikan orang yang membunuh anjing, perlahan-lahan mulai mundur ke belakang.‘        
Kanyouku pada data [10] terbentu dari frasa 目を配る me o kubaru ‘memperhatikan’ yaitu terdiri dari kata me ‘mata’ dan kata kubaru ‘membagikan’, serta partikel o, sehingga jika diterjemahkan secara leksikal berarti ‘membagikan mata’. Menurut Ishii (1998:974), kanyouku ini memiliki makna :
あちこちをよく、注意する
achi kochi o yoku mite, chui suru.
‘Sering melihat kesana kemari, memperhatikan.’

Kanyouku pada data [10] termasuk dalam kelompok III yang menyatakan makna aksi atau perbuatan. Aksi atau perbuatan yang ditunjukan dalam hal ini yaitu memperhatikan keadaan sambil melirik kesana-kemari untuk siaga. Kalimat pada data [10] menyatakan bahwa Shiro melirik kesana kemari untuk memperhatikan orang yang melakukan pembunuhan anjing sambil perlahan-lahan mundur ke belakang.
2.2  Keiyoushi Kanyouku (N+Adj)
       [39] この分でのぼって行けば、地獄からぬけ出すのも、存外わけがないかも知れません。
(Ryunosuke, 1985:110)
Kono bun de nobotte ikeba, jigoku kara nuke dasu no mo, zongai wake ga nai kamoshiremasen.
‘Jika anda pergi mendaki saat ini, keluar dari nerakapun, mungkin gampang dari yang saya pikir.’ 

Kanyouku pada data [41] terbentuk dari frasa 訳がない wake ga nai ‘gampang, mudah’, yaitu  terdiri dari kata wake ‘alasan, sebab’ dan kata ないnai ‘tidak ada’, serta partikel ga, sehingga jika diterjemahkan secara leksikal berarti ‘tidak ada alasan’. Menurut Ishii (1998:1066), kanyouku ini memiliki makna :
1.      かんたんだ。なんでもない。たやすい。(わけないとも言う)。
Kantan da. Nandemonai. Tayasui .(wakenai to mo iu).
‘Mudah. Tidak ada apa-apa. Gampang.’

2.      なんでもないようすだ。かんたんだ。
Nandemonai yousu da. Kantanda.
‘Tidak ada yang terjadi. Mudah.’

Kanyouku pada data [41] termasuk pada kelompok IV yang menyatakan makna keadaan, nilai dan derajat. Keadaan dalam hal ini yaitu menunjukan sesuatu yang ‘gampang/mudah’ dilakukan. Kalimat pada data [41] menyatakan bahwa seseorang mengatakan tentang suatu hal yang gampang dari yang dia pikirkan tentang keluar dari neraka jika mendaki (saat ini).
2.3  Meishi Kanyouku (N+N)
       [43] この見知らない小娘を 頭ごなしに叱りつけてでも, 又元の通り窓の戸をしめさせたのに相違なかったのである。
(Ryunosuke, 1985:118)
Kono mishirarenai ko musume o atama go nashi ni shikari tsukete demo, mata moto no mawari mado no to o shimesaseta ni soui nakatta no de aru.
‘Walaupun sudah menegur anak perempuan yang tidak dikenal ini dengan keras, dilain waktu menyuruh untuk menutup menutup jendela seperti semula tidak ada bedanya.’

Kanyouku pada data [43] terebntuk dari frasa 頭ご無しにatama go nashi ni ‘mengekang, dengan keras’, yaitu terdiri dari kata atama ‘kepala’ dan kata nashi ‘tidak ada’, serta partikel ni, sehingga jika diterjemahkan secara leksikal berarti ‘tidak ada kepala’. Menurut Ishii (1998:73), kanyouku ini memiliki makna :
あいての言うこともいきかないで、はじめからおさえつけるように言うこと。
aite no iu koto mo ikikanaide, hajime kara osae tsukeru you ni iu koto.
‘Tidak mendengarkan apa yang dikatakan lawan bicara, dari awal mengekang atau menahan.’
Berdasarkan jenis maknanya, kanyouku pada data [43] termasuk dalam kelompok II yang menyatakan makna perilaku, sifat, dan watak. Ungkapan dalam hal ini yaitu mengacu pada perilaku seseorang yang mengekang atau bertindak keras. Kalimat pada data [43] menyatakan bahwa seseorang yang telah menegur anak perempuan yang tidak dikenal dengan keras namun ketika diminta kembali untuk menutup jendela sama sekali tidak berubah atau tidak mendengarkan apa yang dikatakan orang itu.

3.      KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan hasil analisa yang telah peneliti lakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.      Menurut teori Miyaji yang mengklasifikasikan kanyouku berdasarkan jenis kata, maka dari 46 kanyouku yang telah dianalisis, didapatkan 38 kanyouku yang termasuk dalam kelompok doushi kanyouku (gabungan kata benda dan kata kerja), 2 kanyouku yang termasuk dalam keiyoushi kanyouku (gabungan kata benda dan kata sifat), dan 6 kanyouku yang termasuk dalam meishi kanyouku (gabungan kata benda dan kata benda).
2.      Kanyouku yang telah dianalisis sebagian besar menggunakan partikel berupa o,  ga, dan ni. Partikel yang paling banyak digunakan yaitu partikelo. Namun beberapa ada juga yang tidak menggunakan partikel.
3.      Menurut teori Muneo yang mengklasifikasikan kanyouku berdasarkan jenis makna, maka dari 46 data yang telah dianalisis, terdapat 16 data yang menyatakan makna perasaan, emosi, dan indra perasa, 4 data yang menyatakan makna sifat, watak, perilaku, 15 data yang menyatakan makna perbuatan, aksi, dan tindakan, 11 data yang menyatakan makna keadaan, derajat, atau nilai, dan 0 data yang menyatakan makna hubungan sosial, budaya. Dari data yang dianalisis peneliti belum menemukan kanyouku yang menyatakan makna budaya atau hubungan sosial dengan orang lain. Kanyouku yang menyatakan makna perasaan, emosi, dan indra perasa merupakan kanyouku yang paling banyak ditemui dari 48 data yang telah dianalisis.
4.      Makna kanyouku dapat dipahami berdasarkan konteksnya.

4.      DAFTAR PUSTAKA
Catry, Edwin L dan Okawa, Eve N. 2004. The Super Anchor Japanese-English Dictionary Second Edition. Tokyo: Gakken.
Chaer. Abdul. 2003.  Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

___________. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Fahmiyatri, Mimi. 2008. “Makna Idiom Bahasa Jepang (Kajian Pragmatik)”. Skripsi. Padang : Universitas Andalas.

Ishii, Shouji. 1998. Kokugo gakushū Jiten. Tokyo : Nihon Hyoujun

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Matsumura, Akira. 1971. Nihon Bunpou Daijiten. Tokyo : Meiji shohin.

Miyaji, Yutaka. 1982. Kanyouku no Imi to Youho. Tokyo : Meiji Publishing Company.

Muneo, Inoue. 1992. Reikai Kanyouku Jiten. Tokyo : Sootakusha.

Muraishi, Syouzo. 1991. Kumon no Gakushu Kokugo no Jiten. Tokyo: Kumon Shuppon.

Ryunosuke, Akutagawa. 1985. Torokko, Hana. Tokyo : Kodansha.

Shiang, Tjhin Thian. 2007. Kamus Praktis Jepang-Indonesia. Jakarta : Gakushudo

Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-dasar Liguistik Bahasa Jepang, Bandung : Humaniora.


You Might Also Like

5 komentar

  1. mbak, pinjam bukunya inoue muneo 1992 dan yutaka miyaji 1982 dong...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo.. maaf sekali bukunya juga sebagian pinjam dan fotocopy lembaran. :D hehe

      Hapus
  2. mbak, bukunya inoue muneo 1992 dapat dari mana yaa?? bisa minta infonya gaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo mbak. saya dapat bukunya langsung dari teman di Jepang. :)

      Hapus
  3. mbak, bukunya inoue muneo 1992 dapat dari mana yaa?? bisa minta infonya gaa

    BalasHapus

Hii All.. Thanks for visiting my blog.. Please leave your comment and connect each other.. Thankyou ^.^