Japan Culture

KAYOU DAN WAKA

19.36.00



A. Kayoo 

Kayoo adalah nyanyian yang disampaikan dengan mulut dan dinikmati melalui indra pendengaran. Kayoo zaman Joodai ini diceritakan dari mulut ke mulut dan mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya kesusastraan Jepang. Nyanyian kayoo ini yang 11 menjadi titik tolak terciptanya waka. Kayoo yang masih ada sampai sekarang terdapat dalam Kojiki, Nihonshoki, Fudoki, Shoku Nihongi, Kinkafu yang kira-kira terdapat 300 buah nyanyian. Istana, terutama pada pesta minum sake adalah tempat yang mempunyai kedudukan penting untuk menyanyikan Kayoo. Tetapi ada pula tempat menyanyikan kayoo bagi rakyat biasa disebut Utagaki atau Kagai. 

Isi nyanyian bertemakan nyanyian percintaan. Bentuk susunan kayoo dimulai dari bait yang pendek diakhiri dengan bait panjang, atau kadang sebaliknya. Bentu susunan keseluruhan yaitu: Kata uta 5.7.7, Shiku taika 5.7.5.7 atau 7.5.7.5, Tanka 5.7.5.7.7, Sedoka 5.7.7.5.7.7 Choka 5,7,57…., Butsusokusekikatai 5,7,5,7,7,7. 



B. Waka 

Waka adalah salah satu bentuk puisi Jepang yang sudah ada sejak zaman Asuka dan zaman Nara (akhir abad ke-6 hingga abad ke-8). Penyair waka disebut kajin. Istilah waka (arti harfiah: puisi Jepang) dipakai untuk membedakannya dengan puisi Cina. Waka juga disebut yamato uta atau cukup sebagai uta. Pada zaman Nara, puisi ini disebut waka atau washi yang juga berarti puisi Jepang. Waka terdiri dari chōka, tanka, sedōka, katauta, dan bussokusekika. Dalam pengertian sempit, waka sering hanya berarti tanka yang secara keseluruhan terdiri dari 31 suku kata (aksara). Oleh karena itu, waka juga disebut misohitomoji (arti harfiah: 31 aksara). 

Seni puisi Jepang disebut kadō atau yakumo no michi. Dalam mitologi Jepang, Susanoo dipercaya sebagai penyair waka yang pertama. Waka ini dikenal dengan judul Yakumo, karena diawali dengan kata yakumo. Isinya memuji keindahan alam Provinsi Izumo

八雲立つ出雲八重垣妻ごめに八重垣作るその八重垣を 

Yakumo tatsu / izumo yaegaki / tsumagome ni / yaegaki tsukuru / sono yae gaki o 

Jenis-jenis Waka : 

a. Katauta (arti harfiah: sajak setengah) 

Katauta terdiri dari 3 baris dengan pola mora: 5-7-7, dan merupakan setengah bagian dari puisi dua bagian yang disebut sedōka. 

b. Sedōka

Bentuk puisi dua bagian dengan pola mora 5-7-7 dan 5-7-7, atau dua bagian katauta. Sebagian besar isinya mengenai tanya-jawab. 

c. Chōka

Bentuk puisi dengan pola mora 5-7, 5-7, .., 5-7, dan 7. Bagian 5-7 diulang lebih dari 3 kali, dan ditutup dengan 7 mora. DalamMan'yōshū terdapat banyak sekali bentuk puisi seperti ini, namun sekarang tidak lagi ditulis orang. Ketika dibacakan di muka umum, chōka sering disertai dengan hanka

d. Tanka

Bentuk puisi dengan pola mora 5-7-5-7-7. Di kemudian hari, tanka dibagi menjadi dua bagian: 5-7-5 dan 7-7, dan tercipta renga danhaikai


Bentuk puisi dengan pola mora 5-7, 5-7, 7-7. 

f. Imayō

Bentuk puisi dengan pola mora 7-5, 7-5, 7-5, 7-5, dan berasal dari pertengahan zaman Heian

g. Jinku (dodoitsu

Bentuk puisi dengan pola mora 7-7, 7-5. Bentuk puisi ini berasal dari zaman Edo, dan banyak digunakan sebagai lirik minyō di berbagai tempat di Jepang. Ke dalam puisi ini sering dimasukkan ungkapan kegembiraan (hayashi kotoba). 



C. Kesimpulan 

Kayoo adalah nyanyian yang disampaikan dengan mulut dan dinikmati melalui indra pendengaran, dan mempunyai hubunga yang erat dengan timbulnya kesusasteraan Jepang. Kayou juga merupakan awal terbentuknya waka. Waka meruakan puisi Jepang yang sudah ada sejak zaman Asuka dan zaman Nara. Waka terdiri dari katauta, sedōka, chōka, tanka, bussokusekika, imayō, dan jinku (dodoitsu). 



Sumber Referensi 

http://id.wikipedia.org/wiki/Waka_(puisi) di unduh 09 September 2012, jam 19.56 WIB. 

Diktat_Mata_Kuliah_Sastra_Jepang.pdf di unduh 09 September 2012, jam 20.12 WIB. 

You Might Also Like

1 komentar

Hii All.. Thanks for visiting my blog.. Please leave your comment and connect each other.. Thankyou ^.^