Japan Culture

Tsuyu (Musim Hujan) di Jepang

22.18.00

Tsuyu (musim hujan)

Sekitar awal Juni hingga pertengahan Juli, datanglah musim hujan yang menyirami hampir seluruh wilayah Jepang, yang dikenal dengan sebutan 梅雨 (tsuyu).Wilayah utara Jepang seperti Hokkaido memang tidak mengalami tsuyu, dan wilayah selatan Jepang seperti Okinawa mengalami tsuyu lebih awal dibanding daerah Kanto (Tokyo dan sekitarnya). Tsuyu ini diakibatkan oleh tumbukan massa udara antara udara dingin dari utara dan udara hangat dari selatan. Ketika memasuki bulan Agustus, front udara hangat dari selatan semakin menguat dan akhirnya berhasil menekan mundur front udara dingin sehingga datanglah musim panas di Jepang yang lembab dan gerah. Dengan demikian, tsuyu adalah indikasi perubahan dari musim semi menjadi musim panas.

Selama beberapa pekan tsuyu, hampir setiap hari selalu turun hujan. Hujan di Jepang agak berbeda dengan hujan di Indonesia. Hujan di daerah tropis seperti Indonesia biasanya cukup lebat dan berlangsung singkat seperti dua atau tiga jam, sedangkan hujan di Jepang biasanya gerimis atau rerintikan tapi dapat berlangsung selama berjam-jam atau bahkan seharian. Tsuyu hanya berlangsung selama kira-kira satu bulan.

Secara harafiah, tsuyu berarti “hujan plum”, dinamakan begitu karena matangnya buah plum (梅ume) bertepatan dengan datangnya tsuyu. Buah plum yang matang ini kemudian suka diolah menjadi umeboshi (buah plum yang di asam-asin-kan) yang sering menemani bento (lunch box) orang Jepang.

Air hujan selama tsuyu ini juga memainkan peran yang sangat penting bagi pertanian di Jepang, bagi para petani Jepang, tsuyu adalah hujan penuh berkah. Air yang dibawa oleh hujan memberi nutrisi kepada padi di sawah, dan berkat air itu, orang-orang bisa bercocok tanam padi di sawah yang sama secara terus-menerus.


AJISAI ( bunga Hydrangea)

Walaupun selama tsuyu, cuaca sering berawan dan kelabu, jalanan pun basah dan agak becek, akan tetapi selama tsuyu inilah bunga hydrangea mekar dengan indahnya. 

Bunga hydrangea (hortensia) ini disebut “ajisai” dalam bahasa Jepang. Ada banyak jenis hydrangea, akan tetapi yang paling populer adalah species Hydrangea macrophylla. Species ini memiliki dua tipe subspecies yang paling lazim ditemukan, yaitu hydrangea mophead dan hydrangea lacecap seperti tampak pada foto. Pohon bunga hydrangea ini berupa perdu, dan sering ditanam di pagar atau pekarangan rumah. Yang unik dari hydrangea ini adalah warna bunganya yang bisa berubah antara biru ungu dan pink merah atau krim pucat tergantung tingkat pH (keasaman) tanah. Tanah yang agak asam menghasilkan bunga berwarna biru, yang agak basa menghasilkan warna pink atau ungu, dan tanah netral menghasilkan warna krim pucat.

Karena ajisai dikenal sejak zaman purba bunga ini menjadi tema waka dalam Manyo^shu^ (abad 8), misalnya,

Ajisai no yae saku gotoku yatsu yo ni wo imase waga seko mitsutsu shinobamu

oleh TACHIBABANO Moroe (684-757). 

Artinya: Seperti bunga ajisai berbunga dengan delapan lapis, semoga anda panjang umur selama delapan generasi Kaisar. saya lihat bunga ajisai dan ingat anda. 

Walaupun dikenal sejak dulu, bunga ini jarang menjadi tema waka. Tetapi waka modern (tanka) ada banyak karya yang temanya ajisai, karena ajisai itu salah satu bunga yang paling umum dan dicintai masyarakat Jepang.


Haiku oleh MATSUO Basho^ (1644-1694) ada beberapa yang temanya ajisai.

Ajisai ya katabira toki no usu asagi

Artinya: Ajisai sudah berbunga. Sekarang musimnya menjadi panas, harus pakai pakaian katabira (pakaian tipis untuk musim panas) yang warnanya sama dengan ajisai, biru muda. 


MASAOKA Shiki (1867-1902) juga mengarang haiku yang temanya ajisai.

Ajisai ya hanada ni kawaru kinou kyou

Artinya: Bunga ajisai baru mekar. Kemarin masih kuncup, hari ini berbunga. Warnanya berubah dari hijau sampai biru.

Hydrangea mophead berwarna biru dan Hydrangea mophead berwarna pink keunguan


KAPPA

Kappa adalah siluman air yang sejak dahulu dipercaya hidup di sungai. Tubuhnya kira-kira sebesar anak manusia yang berumur 3 atau 4 tahun. Makanan kegemarannya adalah timun. Walaupun bentuk tubuh dan wajahnya sedikit menakutkan, sebenarnya ia cukup lucu.


Teru-Teru Bozu

Untuk mencegah hujan, orang-orang Jepang membuat boneka teru teru bozu (てるてる坊主). "Teru" dalam bahasa jepang menggambarkan cahaya matahari, sedangkan "bozu" berarti biksu, mengarah ke kepala botak teru teru bozu. Boneka kecil yang terbuat dari selembar kain putih atau kertas tissue ini dipercaya bisa menangkal hujan. Anak-anak biasanya menggantungnya sehari sebelum piknik sekolah, untuk meminta hari yang cerah esok

Di satu sisi, hujan ini membawa berkah bagi petani, karena di Jepang yang merupakan negara empat musim, turunnya hujan tidak sesering di Indonesia. Di sisi lain, hujan menyebabkan masyarakat sulit beraktifitas, misalnya kita tidak dapat pergi keluar rumah tanpa payung atau jas hujan, tidak bisa menjemur pakaian, dan lain-lain. 

Oleh karena itu kalau kita menggantung teru teru bozu terbalik (dengan kepala di bawah), itu artinya kita meminta turunnya hujan. 

ada lagunya juga : 

Romanji

Teru-teru-bōzu, teru bōzu 
Ashita tenki ni shite o-kure 
Itsuka no yume no sora no yō ni 
Haretara kin no suzu ageyo 

Teru-teru-bōzu, teru bōzu 
Ashita tenki ni shite o-kure 
Watashi no negai wo kiita nara 
Amai o-sake wo tanto nomasho 

Teru-teru-bōzu, teru bōzu 
Ashita tenki ni shite o-kure 
Sorete mo kumotte naitetara 
Sonata no kubi wo chon to kiru zo

Terjemahan:

Teru-Teru-bōzu, bōzu Teru 
Jangan membuat esok hari yang cerah 
Seperti langit dalam mimpi suatu waktu 
Jika cerah aku akan memberimu sebuah bel emas 

Teru-Teru-bōzu, bōzu Teru 
Jangan membuat esok hari yang cerah 
Jika Anda membuat keinginan saya menjadi kenyataan 
Kami akan minum banyak anggur beras manis 

Teru-Teru-bōzu, bōzu Teru 
Jangan membuat esok hari yang cerah 
Tetapi jika awan menangis (hujan) 
Lalu aku akan memotong kepala 

song by: Kyoson Asahara and composed by : Shinpei Nakayama, Dirilis th.1921 


lagu ini dikabarkan memiliki sejarah gelap daripada yang pertama kali muncul. Hal ini diduga berasal dari sebuah kisah tentang seorang biksu yang berjanji pada petani untuk menghentikan hujan dan membawa cuaca cerah selama hujan berkepanjangan yang merusak tanaman.

Ketika biarawan itu gagal membawa sinar matahari, ia dieksekusi. Banyak sejarawan rakyat Jepang, bagaimanapun, percaya cerita ini dan lain-lain tentang asal-usul Teru Teru Bōzu mungkin berasal dari tradisi lama setelah itu menjadi luas, kemungkinan besar dalam upaya untuk memperbaiki citra boneka. 

Hal ini lebih mungkin bahwa "bōzu" dalam nama tidak merujuk kepada seorang biarawan Buddha yang sebenarnya, tetapi untuk bulat, kepala botak biksu seperti boneka, dan "Teru Teru" bercanda merujuk pada efek sinar matahari terang yang mencerminkan dari sebuah kepala botak.


Kokorozuke(uang tip)

Meskipun sebenarnya secara umum tidak ada kebiasaan memberi tip di Jepang, ada sejumlah orang yang dengan sengaja memberi tip pada para pelayan atau para koki sebagai tanda penghargaan saat bermalam di penginapan tradisional Jepang yang dikenal dengan ryoukan. Uang tip ini, yang dalam bahasa lokalnya disebut kokorozuke, biasanya dimasukkan ke dalam sebuah amplop khusus yang biasa banyak dijual di toko-toko, baik stationary ataupun di toko keperluan sehari-hari. Kebiasaan memakai amplop ini adalah sebuah kelaziman, yang mana sebaliknya, adalah tidak lazim memberikan tip secara langsung tanpa "disembunyikan" dalam suatu bungkusan.

Biasanya, beberapa orang memberi tip pada orang yang membantu mereka, ataupun pegawai pada masa-masa suatu festival dilangsungkan ataupun peristiwa-peristiwa khusus, sebagai salah satu bentuk bonus atau hadiah khusus kepada para pegawai yang mereka terima di luar uang gaji. Uang yang diberikan dalam situasi seperti ini biasanya ditempatkan di dalam amplop yang disebut shuugibukuro, juga bisa didapatkan di toko-toko. 

Dalam sebuah pementasan seperti teater ataupun di lapangan-lapangan olahraga semisal baseball, bonus juga biasa diberikan kepada para staf yang dimasukkan dalam amplop yang dikenal dengan nama ouiribukuro. 

Namun, bagaimanapun, perlu diingat bahwa dapat dipastikan tidak ada kebiasaan memberi tip di hotel biasa, rumah makan modern, stasiun, bandar udara, dan fasilitas modern lainnya. 

Boonasu (bonus)

Para karyawan biasanya menerima bonus dari perusahaannya di antara bulan Juni, Juli dan Desember.


Chichi no Hi ( Hari Ayah )

Cici no hi adalah hari ayah dimana seluruh anak-anak di Jepang memberikan hadiah dan berterima kasih kepada ayah mereka yang telah menjaga dan bekerja keras untuk menghidupi keluarga. Cici no hi sama fungsi nya dengan Haha no hi. Cici no hi biasa nya di lakukan pada hari minggu,yaitu minggu ke tiga pada bulan juni. Biasanya para remaja di Jepang memberikan sesuatu untuk ayahnya, biasanya berupa sake, dompet, sapu tangan, dasi, dan lain-lain. Biasanya anak-anak yan masih kecil membuatkan gambar wajah ayahnya sebagai hadiah di hari ayah.


Shiki (Musim-musim di Jepang)

Jepang adalah salah satu negara yang mempunyai empat musim. Yang disebut 四季 (shiki)
Jangka waktu antara 4 musim tersebut, kurang lebih 3 bulan.
4 musim itu adalah, Musim Semi (Spring, 春, haru) Musim Panas (Summer, 夏, natsu) Musim Gugur (Autumn, 秋, aki) Musim Dingin (Winter, 冬, fuyu).

Musim Semi dimulai sekitar bulan Maret, dan orang Jepang menyambutnya dengan gembira, karena hari-hari dingin dan tidak bersahabat telah berakhir. Musim Semi ditandai dengan munculnya kuncup-kuncup bunga pohon plum (梅, ume). Dan setelah bunga pohon plum berakhir, muncul kuncup-kuncup bunga paling terkenal di Jepang, bunga Sakura (桜). Musim Semi juga merupakan musim awal dari sekolah, kerja, pembukuan dll. Misal tahun ajaran baru sekolah di Jepang, dimulai tanggal 1 April, demikian juga pembukuan perusahaan dll.

Musim Panas diawali dengan musim hujan sekitar seminggu, yang disebut Tsuyu (梅雨). Musim Panas di Jepang bisa mencapai suhu maximum 35oC, dengan kelembapan lebih dari 90%. Musim Panas dimulai sekitar bulan Juni ditandai dengan pohon-pohon hijau dan nyanyian ribut serangga yang bernama ‘Semi’. Sekolah di Jepang memberi libur Musim Panas sekitar sebulan. Salah satu aktivitas yang disukai kaum muda Jepang di Musim Panas adalah bermain ke pantai dan ke laut. Meski di tiap musim juga diadakan festival, Musim Panas adalah musim dengan jumlah festival terbanyak dan tersemarak. Di seluruh kepulauan Jepang diadakan berbagai macam festival dan kembang api.

Musim Gugur, ditandai dengan mulai rontoknya dedaunan di pohon-pohon, dan berakhirnya hari panas dan lembab. Berawal sekitar bulan September. Musim ini terkenal dengan daun yang berubah warna jadi kuning, merah, oranye, dan disebut Momiji (紅葉). Para binatang liar seperti beruang, mengumpulkan persediaan makanan untuk ditimbun selama mereka tidur jangka lama di Musim Dingin.

Musim Dingin, ditandai dengan turunnya butir-butir salju pertama di awal Desember. Di jaman dulu, Musim Dingin ini adalah musim yang paling berat, dan mungkin paling banyak menelan korban jiwa karena ganasnya cobaan alam dengan hawa dingin dan badai salju. Di beberapa daerah seperti Hokkaido di utara, suhu udara bisa mencapai -20oC. Rata-rata aktivitas orang-orang Jepang di musim dingin ini, adalah bermain ski, snowboard, dan es skating. Juga Onsen (hot spring / pemandian air panas), terasa paling nyaman di musim ini.


Daftar Pustaka :

You Might Also Like

3 komentar

  1. May I just say what a comfort to find somebody that genuinely knows
    what they are talking about over the internet. You certainly realize how
    to bring a problem to light and make it important.

    More people have to look at this and understand this side of the story.
    I was surprised that you aren't more popular because you certainly
    have the gift.

    Here is my weblog; design company

    BalasHapus

Hii All.. Thanks for visiting my blog.. Please leave your comment and connect each other.. Thankyou ^.^