Japan Language

Tekhnik Analisis IC dalam Bahasa Jepang

15.44.00

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
            Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana untuk berinteraksi dengan orang lain sehingga terjalin sebuah komunikasi. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer dan konvensional yang digunakan para kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana dalam Abdul Chaer, 2007 : 32). Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri. Melalui bahasa, manusia dapat mengemukakan atau menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang yang lain.

            Ketika menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan seseorang, baik secara lisan maupun tulisan, orang tersebut bisa menangkap apa yang kita maksud, karena dia memahami makna yang dituangkan melalui bahasa tersebut. Dengan kata lain, fungsi suatu bahasa merupakan media untuk menyampaikan (dentatsu) suatu makna kepada seseorang baik secara lisan maupun tertulis. (Dedi Sutedi, 2003 : 2). Jadi, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan manusia untuk berkomunikasi antarsesama baik secara lisan maupun tulisan.

B.       Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah agar kita mengetahui teknik analisa kalimat dan dapat menganalisa kalimat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang serta mampu membandingkan

C.       Klasifikasi permasalahan
            Klasifikasi permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
a.    Apa itu teknik menganalisa kalimat?
b.    Bagaimana teknik menganalisa kalimat dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang?
c.    Menganalisa kalimat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang dengan baik dan benar sesuai dengan teknik yang telah dipelajari

BAB II
PEMBAHASAN
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Sintaksis adalah telaah mengenai prinsip-prinsip dan proses-proses yang dipergunakan untuk membangun kalimat-kalimat dalam bahasa-bahasa tertentu. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan 統語論 (Togoron).

Sintaksis merupakan komponen tata bahasa transformasi yang menurut ikhtisar atau abstrak yang menandai frase dengan bentuk struktur frase. Unsur bahasa yang termasuk dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa dan kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonprediktif. Sedangkan klausa yaitu satuan gramatikal yang setidak-tidaknya terdiri atas subjek dan predikat. Adapun yang dinamakan kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi final (kalimat lisan), dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa. Dilihat dari fungsinya, unsur kalimat berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Menurut bentuknya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal, kalimat tunggal dan perluasannya, serta kalimat majemuk.

Unsur kalimat bahasa Jepang
Unsur kalimat dalam bahasa Jepang secara garis besar terdiri dari :
1.      Subjek / shugo (主語)
2.      Predikat / jutsugo (述語)
3.      Objek / taishougo (対象語)
4.      Keterangan / joukyougo (状況後)
5.      Modifikator / shuushokugo (修飾語)
6.      Konjungsi / setsuzokugo (接続語)

Teknik Analisa Kalimat
Dalam perkembangannya, linguistik bahasa Jepang tidak terlepas dari pengaruh linguistik luar, seperti Eropa dan Amerika. Termasuk dalam menganalisis kalimat, dalam bahasa Jepang juga diterapkan berbagai teori dari luar dan terus dikembangkan. Misalnya, aliran strukturalisme dengan teori Immediate Constituent Analysis (Analisis IC), aliran tata bahasa generatif juga banyak memberi sumbangan, bahkan sampai sekarang masih banyak yang mengikuti aliran ini.

Analisis IC(直接構成素分析)
Analisis IC atau analisis unsur langsung atau sering juga disebut analisis bawah langsung adalah suatu teknik dalam menganalisis unsur-unsur atau kontituen-konstituen yang membangun suatu satuan bahasa entah satuan kata, satuan frase, satuan klausa maupun satuan kalimat. Setiap satuan bahasa secara apriori diasumsikan terdiri dari dua konstituen yang langsung membangun satuan itu (Dedi Sutedi, 2003 : 22). Misalnya, satuan bahasa yang berupa kata diminum. Unsur langsungnya adalah di dan minum. Satuan kereta api unsur langsung adalah kereta dan api. Bagian kedua satuan bahasa itu adalah sebagai berikut :

Contoh            : Guru baru datang Menurut teori ini, dalam menganalisis kalimat, terlebih dahulu kalimat dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu : bagian subjek dan bagian predikat.  Kemudian unsur-unsur dari setiap bagian tersebut dianalisis sampai pada tingkat morfemnya. Setelah kerangka kalimat tersebut dianalisis dengan  jelas, maka dengan mengganti (substitusi) satu  unsur (kata) dari unsur kalimat tersebut, bisa membuat kalimat lain yang jumlahnya tak terhingga.
                 dimakan                                          kereta api


        di                   makan                    kereta                   api
Untuk satuan-satuan bahasa yang hanya terdiri dari dua buah konstituen seperti contoh di atas tidak ada masalah; tetapi untuk satuan yang lebih besar, yang secara kuantitatif terdiri dari beberapa unsur, mulai timbul masalah. Misalnya, bentuk dimakani, apakah unsur langsungnya di dan makani ataukah dimakan dan –i. Keduanya memang mungkin. Bagannya:
Di        makan            i                                     di         makan           i




Adanya dua tafsiran ini karena yang pertama bersandar pada teori bahwa sufiks –i dalam bahasa Indonesia merupakan konstituen pembentuk kata secara derivatif. Jadi, sufik –i dilekatkan lebih dahulu daripada prefiks di-. Sedangkan yang kedua bersandar pada teori distribusi menurut urutan linear. Perbedaaan tafsiran analisis lebih mungkin lagi dapat terjadi pada satuan bahasa yang lebih kompleks. Misalnya konstruksi kalimat Guru baru datang. Konstituen baru dapat ditafsirkan lebih dahulu bergabung pada konstituen guru, tetapi bisa juga pada konstituen datang. Bagannya menjadi:
guru        baru       datang                                guru       baru       datang




文例 :花子はごみを捨てた。
                 Hanako wa gomi o sute-ta.
                 Hanako-Top sampah-Acc membuang-lamp
                 Hanako telah membuang sampah

Kalimat di atas, jika dianalisis dengan teknik IC dengan langkah-langkah di atas, yaitu dengan membagi bagian subjek dan predikat, kemudian setiap bagian tersebut dibagi ke dalam bagian yang lebih kecil, maka akan menjadi seperti berikut :

   花子は ごみを捨てた

                 花子は(bag.sub)                    ごみを捨てた(bag.pred.)

                     花子              は              ごみを                   捨てた
                                                           
                                                      ごみ                       捨て               

Bagian subjek pada kalimat di atas yaitu : {Hanako wa}, dan bagian predikatnya yaitu : {gomi o suteta}. Bagian subjek terdiri dari nomina {Hanako} dan partikel {wa}, sedangkan pada bagian predikat terdiri dari objek {gomi} dan predikatnya {suteta}

Dengan mengganti sebagian dari unsur kalimat tersebut, seperti {Hanako} diganti dengan {Chisato}, {gomi} diganti dengan {zasshi}, {suteta} diganti dengan {katta} dan seterusnya, maka dapat menciptakan kalimat-kalimat baru yang tak terhingga jumlahnya.

Teknik analisis IC biasanya juga digunakan dalam menganalisis suatu frase, yaitu pada frase yang sama jika menunjukkan maksud (makna) yang berbeda, akan menimbulkan struktur yang berbeda pula. Hal inilah yang menjadi salah satu kelebihan atau manfaat dari teknik analisis IC. Tetapi, teknik ini banyak mengandung kelemahan, Machida dan Momiyama (1997), Koizumi (1993) dan para ahli lainnya di Jepang mengkritik kelemahan tersebut di antaranya :
1.      Teknik ini tidak bisa menjelaskan kalimat tanya dalam bahasa Inggris yang kata tanyanya diletakkan di awal kalimat,
2.      Tidak bisa menjelaskan kalimat yang berbeda tetapi maknanya sama.
                  
Meskipun teknik analisis bawahan langsung ini memiliki banyak kelemahannya, tetapi analisis ini cukup memberi manfaat dalam memahami satuan-satuan bahasa, bermanfaat dalam menghindari keambiguan karena satuan-satuan bahasa yang terikat pada konteks wacananya dapat dipahami dengan analisis kalimat tersebut. Kita dapat memahami dan menentukan apakah konstituen baru pada konstruksi guru baru datang bergabung lebih dahulu dengan konstituen guru atau bergabung lebih dahulu dengan konstituen datang dari konteks wacananya. Tanpa konteks wacana atau konteks paragraf tafsiran ganda memang bisa saja terjadi, tetapi dengan konteks wacana tafsiran ganda itu tidak mungkin terjadi.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi final (kalimat lisan), dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa. Dilihat dari fungsinya, unsur kalimat berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Menurut bentuknya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal, kalimat tunggal dan perluasannya, serta kalimat majemuk.

Teknik analisis IC biasanya juga digunakan dalam menganalisis suatu frase, yaitu pada frase yang sama jika menunjukkan maksud (makna) yang berbeda, akan menimbulkan struktur yang berbeda pula.


DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora
Tsujimura, Natsuko. An Introduction to Japanese.

You Might Also Like

0 komentar

Hii All.. Thanks for visiting my blog.. Please leave your comment and connect each other.. Thankyou ^.^